Kamis 19 Nov 2015 06:10 WIB

Dari Mangrove ke Panggung Mode Dunia

Rep: Halimatus Sadiyah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Batik dengan pewarna alami dari pohon bakau
Foto: nfitriah.blogspot.co.id
Batik dengan pewarna alami dari pohon bakau

REPUBLIKA.CO.ID, DELI SERDANG -- Siapa sangka jika tanaman mangrove dapat menghasilkan warna-warni cantik yang digunakan untuk mewarnai kain batik khas Indonesia. Selain fungsi utamanya sebagai penahan abrasi, mangrove rupanya memiliki segudang manfaat lain.

Adalah Yagasu, sebuah LSM yang bergerak di bidang lingkungan, yang pertama kali memiliki ide untuk membuat batik organik dari mangrove. Yagasu memang memiliki program pengendalian perubahan iklim dengan menanam mangrove di daerah pesisir Sumatra. Tak sekedar menanam kembali mangrove, Yagasu juga memberdayakan masyarakat agar dapat memanfaatkan tanaman yang ternyata memiliki nilai ekonomis tinggi tersebut.

Direktur Yagasu Bambang Suprayogi menuturkan, mulanya Yagasu mengeksplorasi mangrove untuk diolah menjadi makanan. Tak puas setelah berhasil mengolah mangrove untuk menjadi beragam penganan, lembaganya pun berusaha menggali manfaat lain dari tanaman yang kerap disebut bakau tersebut.

Setelah beragam percobaan sejak 2010, hingga kini Yagasu berhasil menciptakan 22 pewarna alami dari delapan jenis tanaman mangrove, antara lain api-api, bakau dan mata buaya.

"Mulai dari daun, batang sampai akar mangrove ternyata bisa menghasilkan warna macam-macam," kata Bambang, yang ditemui Republika di sebuah hutan mangrove di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Bersama masyarakat, Yagasu memproduksi batik organik dari pewarna mangrove. Teknik pewarnaan dengan merebus menggunakan air laut menjadi salah satu kunci agar warna alami pada kain tetap melekat meski dicuci berulang kali. Tak sekadar pewarnanya yang alami, kain yang digunakan adalah kain sutra buatan tangan.

Hingga kini, Yagasu bersama masyarakat dari sejumlah daerah pesisir di Sumatra telah menghasilkan berupa-rupa kain cantik yang pewarnanya berasal dari tumbuhan bakau, mulai dari batik sampai hand-painting di atas kain sutra.

Singkat cerita, batik organik mangrove yang dihasilkan tersebut memikat hati perusahaan mode ternama asal Paris, Hermes. Kebetulan, Hermes merupakan salah satu perusahaan yang menginvestasikan dananya dalam program mitigasi perubahan iklim di Sumatra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement