Rabu 18 Nov 2015 07:28 WIB

BMKG Bangun Sistem Peringatan Dini pada Bencana Alam

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Damanhuri Zuhri
Petugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kelas III Banyuwangi mengawasi sebaran abu vulkanik Gunung Rinjani di Kantor BMKG Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (5/11).
Petugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kelas III Banyuwangi mengawasi sebaran abu vulkanik Gunung Rinjani di Kantor BMKG Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (5/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meningkatnya bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini, 80 persen diantaranya disebabkan faktor hidrologi, meteorologi dan iklim.

Kepala Badan Meteorologi,  Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Andi Eka Sakya mengatakan selain itu, data menyebutkan bencana tersebut telah menewaskan korban jiwa sekitar 45 persen dan 79 persen orang kehilangan harta benda.

"Mencermati kondisi ini, BMKG membangun dan mengembangkan sistem peringatan dini meteorologi, klimatologi" ujarnya dalam siaran pers, semalam.

Andi memaparkan melalui sistem ini diharapkan dapat meningkatkan layanan informasi cuaca dan iklim secara cepat, tepat akurat, serta mudah dipahami oleh stakeholders.

Ada empat faktor yang menyebabkan risiko bencana yaitu manusia yang tidak dapat memahami suatu risiko sehingga menjadi bahaya dan keterkaitan kerentanan alam dengan pemanasan global.

Selain itu, ketidakberdaryaan manusia dalam menyikapi alam serta ketidaksediaan atau masih kurangnya sistem peringatan dini yang dapat bekerja dengan lebih baik.

Menurut Andi, informasi cuaca dan iklim yang saat ini disampaikan BMKG sangat penting dalam bidang maritim, pertanian, ketahanan pangan, sektor kelautan, sektor lingkungan, kesehatan, dan dijadikan sebagai pengambil kebijakan.

Namun demikian, ia juga mengaku bahwa penyampaian informasi yang dilakukan BMKG masih terbatas dalam akurasi informasi. "BMKG akan terus berupaya meningkatkan akurasi pengamatan cuaca dan iklim," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement