Selasa 17 Nov 2015 22:43 WIB

BMKG: Ada Empat Faktor Penyebab Resiko Bencana

Tanah kering di kawasan gersang Rusun Marunda, Jakarta Utara, Kamis (25/9).Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) memperdiksrta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi akan mengalami kekeringan hingga Oktober mendatang.
Tanah kering di kawasan gersang Rusun Marunda, Jakarta Utara, Kamis (25/9).Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) memperdiksrta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi akan mengalami kekeringan hingga Oktober mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Andi Eka Sakya mengatakan ada tiga faktor yang menyebabkan peningkatan bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini. Ia mengungkapkan sekitar 80 persen di antaranya disebabkan tiga faktor, yakni hidrologi, meteorologi dan iklim.

"Selain itu data menyebutkan bencana telah menewaskan korban jiwa sekitar 45 persen dan 79 persen orang kehilangan harta benda," katanya dalam seminar yang bertujuan untuk melakukan evakuasi metode perkiraan dan mendukung kerangka global iklim bertajuk "Roving Seminar On Weather Forcast Verification In Support Of Global Framework For Climate Service (GFCS)" di kantor BMKG, Selasa (17/11).

Ia melanjutkan mencermati kondisi saat ini, BMKG membangun dan mengembangkan sistem peringatan dini meteorologi, klimatologi sehingga dengan sistem ini diharapkan dapat meningkatkan layanan informasi cuaca dan iklim secara cepat, tepat, akurat, dan mudah dipahami pemangku kepentingan.

Andi menjelaskan ada empat faktor yang menyebabkan risiko bencana, yaitu pertama, manusia tidak dapat memahami suatu resiko menjadi bahaya, kedua, keterkaitan keretanan alam dengan pemanasan global, ketiga ketiberdaryaan manusia dalam menyikapi alam, dan keempat ketidaksediaan atau masih kurangnya sistem peringatan dini yang dapat bekerja dengan lebih baik.

"Informasi cuaca dan Iklim yang saat ini disampaikan oleh BMKG sangat penting dalam bidang maritim, pertanian, ketahanan pangan, sektor kelautan, sektor lingkungan, kesehatan, dan dijadikan sebagai pengambil kebijakan" ujarnya.

Namun demikian, Andi juga mengaku bahwa penyampaian informasi yang dilakukan BMKG masih terbatas dalam akurasi informasi, "BMKG akan terus berupaya meningkatkan akurasi pengamatan cuaca dan iklim," ucapnya.

Seminar yang diprakarsai oleh Organisasi Meteorologi Dunia yang juga merupakan bagian dari program penelitian mengenai cuaca dunia dimana kali ini BMKG menjadi tuan rumahnya.

"Bagi Indonesia seminar ini sangat penting sekali dan ini juga sebagai seminar pertama di dunia,?biasanya WMO yang menggundang tapi untuk kali ini diselenggarakan di Indonesia, dan ini menjadi penting karena Indonesia memasuki musim transisi," jelasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement