Ahad 15 Nov 2015 16:11 WIB

Soal Serangan di Paris, NU: Indonesia Jangan Kecolongan

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Slamet Effendy Yusuf
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Slamet Effendy Yusuf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta pemerintah segera mewaspadai ancaman teror ISIS dan jaringan kelompok Islam radikal di Indonesia paska tragedi penyerangan kota Paris, Jumat (13/11) lalu.

Wakil Ketua Umum PBNU, Slamet Effendy Yusuf meminta pemerintah, khususnya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) meningkatkan kewaspadaan setelah tragedi ISIS di Paris. Harus diakui, jaringan ISIS sudah ada di Indonesia, ketika ada ancaman kepada Panglima TNI, Polri dan Banser NU beberapa waktu lalu.

"Jangan sampai kita kecolongan seperti perancis. Padahal bibit-bibit serangan yang akan terjadi secata masif dan simultan itu sudah ada terindikasi," katanya kepada Republika, Ahad (15/11).

Kepada pemerintah NU berharap lebih terbuka kepada ormasi Islam akan informasi dan perkembangan jaringan ISIS ini di tanah air. Pihak keamanan tidak bisa lagi pelit memberikan informasi, karena keterlibatan ormas keagamaan, pemimpin umat dan dunia pesantren sangat penting dalam penaggulanan terorisme.

"Dengan memberikan informasi ini umat Islam akan paham jaringan-jaringan kelompok teror yang perlu diwaspadai, sehingga masyarakat dan umat semakin waspada," tambahnya.

Slamet meminta umat Islam di Indonesia tidak lagi ragu atas penyimpangan kelompok radikal ISIS ini. Walau menamakan Islam dan banyak kalangan yang mempertanyakan misteri siapa di balik ISIS.

Faktanya kelompok radikal ini mulai telah menyasar banyak negara muslim dan merenggut korban jiwa sesama muslim. Jadi tidak layak lagi kelompok radikal ini dipertentangkan.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement