REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sistem kapitalisme yang hendak dilawan oleh gerakan buruh semakin canggih. Moda produksi yang dijalankan juga semakin rumit.
Hal tersebut menuntut gerakan buruh untuk memperbaiki strategi dan taktiknya dalam melawan penetrasi sistem kapitalisme.
"Melawan sistem kapitalisme itu tidak bisa dengan modal jargon belaka," ujar Menteri Ketenagakerjaan, M Hanif Dhakiri dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id belum lama ini.
Harus ada reorientasi strategi dan taktik gerakan yang lebih canggih, setidaknya mengiringi kecanggihan sistem kapitalisme itu sendiri.
Sistem kapitalisme dulu dan sekarang sangat berbeda. Dulu kapitalisme mengembangkan sistem produksi untuk memenuhi kebutuhan manusia seperti pangan, sandang dan lain-lain. Sekarang kapitalisme justru menciptakan kebutuhan baru yang juga diamini oleh para buruh.
Dulu, masyarakat bisa hidup tanpa telepon genggam. Tetapi sekarang orang merasa tidak bisa hidup jika tidak pakai telepon genggam. Pulsapun lalu dianggap sebagai kebutuhan dan masuk dalam komponen kebutuhan hidup layak (KHL).
"Bagaimana mau melawan kalau buruh sendiri terus menjadi konsumen dari kebutuhan baru yang diproduksi kapitalisme," kata dia.
Perjuangan kaum buruh tidak bisa lagi disandarkan pada strategi-taktik konvensional seperti demonstrasi dan pemogokan. Ia mengusulkan agar gerakan buruh membangun kemitraan strategis strategic partnership dengan semua stakeholder hubungan industrial dalam rangka memajukan tuntutan perjuangan.