Jumat 13 Nov 2015 21:12 WIB

Indramayu Butuh 40 Embung

Rep: Lilis Handayani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Embung. Ilustrasi
Foto: Antara
Embung. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Wilayah Kabupaten Indramayu kerap dilanda kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan. Untuk mengatasi masalah klasik itu, dibutuhkan keberadaan embung yang tersebar di berbagai kecamatan.

''Kita butuh 40 embung,'' ujar Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, Firman Muntako, Jumat (13/11).

Firman menyatakan, Kabupaten Indramayu memiliki luas areal pertanian mencapai 117.952 hektare dan terluas di Jawa Barat. Selama ini, hasil produksi padinya pun mampu menyokong ketersediaan pangan nasional.

Firman menyebutkan, hasil produksi padi di Kabupaten Indramayu rata-rata diatas 1,5 juta per tahun. Sedangkan kebutuhan konsumsi masyarakatnya hanya 250 ribu ton. Itu berarti, Kabupaten Indramayu masih surplus diatas satu juta ton.

Namun, lanjut Firman, masalah yang selama ini dihadapi dalam pencapaian produksi padi di Kabupaten Indramayu adalah air. Karenanya, pembangunan embung sangat mendesak untuk segera dilakukan.

Embung dibutuhkan untuk menampung air hujan di saat musim hujan. Selanjutnya, air tersebut akan dialirkan ke areal pertanian di saat musim kemarau yang kering.

Firman menyebutkan, setiap titik embung dibutuhkan anggaran sekitar Rp 2 miliar. Karenanya, dengan kebutuhan 40 embung, maka dibutuhkan anggaran sedikitnya Rp 80 miliar.

Firman berharap, Pemerintah Pusat dapat membantu Kabupaten Indramayu untuk merealisasikan pembangunan embung tersebut.  

''Kalau Pemerintah Pusat mendukung peningkatan produksi padi, maka harus memperhatikan Indramayu karena luas wilayah sawahnya paling luas di Jabar,'' tegas Firman.

Sementara itu, Ketua HKTI Kabupaten Indramayu, Karno menambahkan, selain embung, Kabupaten Indramayu juga membutuhkan bantuan bechoe kecil di 316 desa/kelurahan di Kabupaten Indramayu. Menurutnya, bechoe tersebut dibutuhkan agar setiap desa dapat cepat menguras saluran-saluran yang mengalami pendangkalan akibat sedimentasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement