REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Urusan Logistik (Bulog) Drive II Sumatra Barat (Sumbar) memastikan stok beras di gudang cukup sampai Januari 2016.
"Untuk stok beras yang dikuasai Drive Sumbar ini, ketahanan stok sampai Januari 2016," kata Kepala Bulog Drive II Sumbar, Arjun Ansol Siregar di Padang, Sumbar, Kamis (12/11).
Namun, ia enggan menyebut jumlah pasti stok beras yang ada di Bulug Drive II Sumbar. Ia menjelaskan, stok beras yang ada saat ini, akan disalurkan untuk raskin reguler dan raskin 13 dan 14. Setiap bulannya, ujar Arjun, sebanyak 4.131 ton raskin disalurkan kepada masyarakat.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla memastikan beras impor dari Vietnam sudah tiba di Indonesia. Beras tersebut masuk melalui pelabuhan-pelabuhan Tanah Air, kemudian mengalir ke gudang bulog untuk menambah cadangan beras.
Arjun tidak dapat memastikan terkait kemungkinan beras impor tersebut masuk ke Bulog Drive II Sumbar. Sebab, kebijakan dan rencana penyaluran berada di pemerintah pusat.
"Penambahan dari drive lain nanti sesuai rencana dari pusat. Kita perhitungkan stok kita kira-kira bisa memenuhi hingga tiga bulan penyaluran," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Serikat Petani Indonesia Sumbar (SPI), Rustam Efendi mengatakan, beberapa daerah di Sumbar akan mengalami panen raya. Beberapa daerah, ia mengatakan, bahkan mengalami surplus, seperti Limapuluh Kota, Solok, Agam, dan Padang Panjang.
"Kalau soal Sumbar, sebenarnya kita sudah surplus, kalau (dilihat dari) penguasaan lahan pertanian oleh KK (kepala keluarga) memang kecil," jelasnya.
Menurut Rustam, impor beras tidak akan terlalu berdampak pada pertani lokal. Justru, ia mengatakan, dampak akan dirasakan oleh petani di Jawa mengingat akan memasuki musim panen.
Adanya impor beras, ia mengatakan, tidak akan terlalu signifikan mempengaruhi harga beras di pasaran. Namun, Rustam melanjutkan, jika beras tersebut masuk ke Sumbar, harga hanya berpengaruh di daerah nonpangan seperti di Pasaman Barat.
"Kalau Pasaman Barat telah terjadi alih fungsi lahan dari pangan menjadi hortikultural dan sawit. Tidak berdampak sama petani," tuturnya menambahkan.
Baca juga:
Gara-Gara Impor Beras, Harga Gabah Anjlok Rp 6.000 per Kilogram
Beras Impor Masuk, Petani Buru-Buru Jual Beras