Selasa 10 Nov 2015 16:47 WIB

Waspadai Ancaman Puting Beliung di Musim Pancaroba

Rep: C97/ Red: Bayu Hermawan
Ilustrasi hujan
Foto: EPA/Alaa Badarneh
Ilustrasi hujan

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Hujan dengan intensitas ringan hingga sedang dalam beberapa terakhir mulai mengguyur beberapa wilayah DI Yogyakarta.

Kondisi tersebut merupakan tanda adanya peralihan musim kemarau ke musim hujan atau yang dikenal dengan musim pancaroba.

Pakar cuaca dan iklim UGM, Dr. Emiliya Nurjani mengatakan menghadapi pancaroba masyarakat perlu waspada terhadap cuaca ekstrim. Sebab, pada musim ini rawan sekali terjadi bencana angin kencang, banjir, serta tanah longsor.

"Angin kencang atau puting beliung masih berpotensi terjadi di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman saat peralihan musim," katanya di Fakultas Geografi UGM, Selasa (10/11).

Menurutnya, Kota Yogyakarta sangat rawan angin kencang. Karena memiliki suhu udara yang lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Sehingga kawasan tersebut menjadi pusat tekanan rendah yang menghisap massa udara dari arah lain di dekatnya.

"Kemungkinan munculnya puting beliung cukup besar, karena angin selalu menuju ke daerah yang memiliki suhu lebih panas," ujar dosen Fakultas Geografi UGM itu.

Wilayah yang didominasi pembangunan gedung juga memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap angin kencang. Sebab bahan material gedung-gedung tersebut mudah menyimpan panas. Disamping itu, wilayah yang sedikit memiliki tutupan lahan alami juga rawan timbul angin kencang.

"Daerah Sleman juga rawan angin kencang, karena lahan alaminya sudah banyak berkurang untuk perumahan," jelasnya.

Emiliya mengemukakan terbentuknya angin puting beliung sangat dipengaruhi oleh tingkat pemanasan di permukaan bumi. Fenomena alam ini terjadi akibat perbedaan suhu udara yang cukup ekstrim. Dari awalnya bersuhu udara tinggi tiba-tiba terjadi rendah atau dingin.

Kejadian angin kencang memiliki tanda-tanda khusus. Antara lain beberapa hari sebelumya udara di  malam hari hingga pagi panas. Namun kelembaban udaranya tinggi. Selanjutnya terlihat awan cumulonimbus berbentuk seperti bunga kol berwara abu-abu dalam jumlah banyak  dan waktu yang singkat.

"Jika tanda-tanda ini nampak, maka masyarakat patut waspada akan adanya potensi angin kencang di siang atau sore harinya," katanya.

Guna meminimalisir ancaman terjangan angin kencang di masa mendatang, masyarakat bisa melakukan penambahan vegetasi atau pohon.  Penanaman vegetasi di lahan-lahan kosong dapat mengurangi atau menurunkan suhu udara sekitar kawasan tersebut.

"Menanam pohon, tidak perlu yang besar. Yang terpenting berdaun banyak karena bisa mengurangi jumlah radiasi sinar matahari, sehingga suhu di permukaan bumi jadi lebih rendah. Lalu akhirnya mengurangi panas yang di lepaskan ke atmosfer ," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement