Selasa 10 Nov 2015 14:41 WIB

Fiber Optik Sulit Diterapkan di Daerah Terpencil

Rep: C13/ Red: Winda Destiana Putri
Internet/ilustrasi
Internet/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerataan internet di daerah terpencil memang sangat diperlukan untuk diterapkan. Namun, pemasangan fiber optik dinilai sulit mengingat biayanya mahal.

"Karena itu, untuk daerah terpencil, yang paling mudah memakai wireless," terang  Direktur Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PTIK BPPT), Michael Andreas Purwoadi di sela-sela seminar Seminar "Networking Security OperationTantangan Kini dan Masa Depan serta Solusinya" di Gedung BPPT II, Jakarta, Senin (9/11). Penggunaan wireless merupakan cara paling mudah agar daerah terpencil bisa menikmati internet.

Fiber optik merupakan sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus. Kabel yang biasanya ditanam di tanah ini dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara, wireless adalah jaringan yang menggunakan udara sebagai media transmisinya.

Menurut Michael, penggunaan fiber optik di wilayah terpencil akan memakan biaya yang mahal. Apalagi, wilayah dengan kondisi pegunungan maupun hutan dan lahan gambut.

Berkenaan dengan permintaan pemakaian Balon Google, Michael berpendapat, teknologi itu sebenarnya cocok untuk dipakai. Hanya saja, masalah legalitas masih dipertanyakan.

Pertama, kata dia, penggunaan frekuensi antara darat dan balon harus ada izin dari Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo). Selain itu, pemakaian balon juga harus memperoleh izin terlebih dahulu dari Direktorat Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Kemudian, harus ada jaminan tidak akan tersebarnya data secara sembarangan oleh Direktorat Keamanan Informasi, Kemenkominfo.

Balon Google merupakan teknologi yang mampu menyediakan jaringan internet hingga ke daerah terpencil. “Kalau gak salah, itu harus berhubungan dengan operator yang di bawah,” terang Michael.

Michael mencontohkan ketika Balon Google berhubungan dengan operator Telkomsel. Seperti diketahui, Telkomsel pasti membuat Base Transceiver Station (BTS) di beberapa tempat.

BTS sendiri merupakan sarana yang memfasilitasi komunikasi nirkabel antara piranti komunikasi dengan jaringan operator. Michael juga menambahkan, BTS itu perihal berhubungan dengan handphone publik selama ini.

Cara kerjanya, kata Michael, BTS kelak akan mengirimkan datanya ke balon udara. Dari balon udara, lanjut dia, disebar ke wilayah ke Jakarta atau daerah tujuan lainnya.

"Membuat BTS sebenarnya bisa saja, tapi dari BTS ke internet itu membutuhkan sesuatu. Yang jadi masalah, Balon Google itu bukan akses dari setiap rumah langsung ke balon. Kalau ini digunakan, pasti mahal," kata dia. Karena itu, ia berpendapat harus memperbanyak pendirian BTS saja terlebih dahulu di daerah terpencil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement