REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto memang sering mencuat dan menimbulkan pro dan kontra. Meski begitu, pembererian gelar itu dianggap sebagai sesuatu yang wajar jika dilihat dari jasa yang telah diberikan.
Ketua Majelis Ulama Indonesia, KH Ma'ruf Amin, menilai pemberian gelar pahlawan akan terasa wajar saja, jika diberikan kepada Presiden Republik Indonesia kedua Soeharto. Hal itu akan terasa wajar, lanjut Kiai Ma'ruf, jika memang diberikan atas jasa-jasa yang telah diberikan oleh Seoharto kepada bangsa Indonesia, terutama semasa menjabat sebagai pemimpin negara.
"Jika dilihat dari jasa beliau sepertinya wajar saja diberikan," kata Kiai Ma'ruf kepada Republika, Ahad (8/11).
Ia juga memaklumi rencana pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto sering menimbulkan pro dan kontra, khususnya masih banyak pihak yang merasa pemberian itu tidak tepat. Dan kalaupun Soeharto dianggap memiliki kesalahan, Kiai Ma'ruf menegaskan tidak ada satu orang pun di dunia yang tidak memiliki kesalahan, termasuk sosok yang telah memimpin Indonesia selama 30 tahun tersebut.
Ra'is 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tersebut merasa kalaupun gelar pahlawan akan diberikan kepada Soeharto, masyarakat cukup melihat pemberian itu dianugerahkan atas jasa-jasa yang sudah dilakukan selama memimpin Indonesia.
Lagipula jika dikatakan memiliki kesalahan, lanjut Kiai Ma'ruf, belum ada pembuktian dari pengadilan yang menyatakan Soeharto bersalah. Pro dan kontra mengenai pemberian gelar pahlawan kepada sosok yang dijuluki The Smilling General memang sudah sejak lama terjadi.
Meski telah memimpin Indonesia selama kurang lebih 30 tahun, sejumlah pelanggaran yang dilakukan Soeharto membuat banyak pihak masih merasa pemberian gelar pahlawan kepadanya sebagai tindakan yang tidak tepat.