Kamis 05 Nov 2015 09:09 WIB

Angka Kematian Ibu Saat Melahirkan di Jatim Masih Tinggi

Rep: Andi Nurroni/ Red: Hazliansyah
ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANAK. Seorang ibu bercanda dengan anaknya sebelum melakukan pemeriksaan kesehatan bayi di Posyandu Kama di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Kamis (18/4).
Foto: ANTARA/M Agung Rajasa
ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANAK. Seorang ibu bercanda dengan anaknya sebelum melakukan pemeriksaan kesehatan bayi di Posyandu Kama di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Kamis (18/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Timur Nina Soekarwo mengajak masyarakat memerangi eklampsia atau hipertensi sebagai penyebab utama kematian ibu saat melahirkan. Saat ini tingkat angkat kematian ibu di Jawa Timur masih tinggi.

Nina mengatakan, perang melawan eklampsia harus dilakukan oleh seluruh komponen dari berbagai latar belakang. Mulai dari akademisi, sektor kesehatan, tenaga medis, mahasiswa, remaja, organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang peduli untuk keselamatan ibu hamil.

"Bersama-sama, di tempat ini kita sepakat menyatakan perang melawan eklampsia,” ujar Nina  saat membuka East Java Healthy Festival 2015 ke-4 dan Pencanangan Hari Kesadaran Eklampsia di Grand City Surabaya, Rabu (4/11).

Dalam kesempatan tersebut Nina melaporkan, angka kematian ibu di Jawa Timur telah menujukkan tren penurunan. Namun secara jumlah, kata dia, angka kematian ibu di Jawa Timur masih cukup besar, yaitu 567 ibu meninggal di tahun 2014 dan 413 ibu per September 2015.

Ia menjelaskan, penyebab kematian ibu hamil terbesar berasal dari hipertensi dalam kehamilan atau pre-eklampsia sebesar 35  persen, dan pendarahan 25 persen.

"Jatim sudah on the track. Tidak selayaknya, wanita meninggal di saat memberikan satu kehidupan baru," kata Nina

Ketua Gerakan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi (Penakib) Jawa Timur dr Agus Sulistyono sepakat bahwa melawan eklampsia adalah kebutuhan mendesak. Karena saat ini, kata dia, angka kematian ibu (AKI) saat melahirkan di Indnesia sangat mengkhawatirkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement