Selasa 03 Nov 2015 03:42 WIB

Tak Ada Lagi Pasien di Ruang Oksigen RSUD Palangkaraya

Rep: Sapto Andhika/ Red: Hazliansyah
Warga berjalan menembus kabut asap di kawasan Tugu Soekarno, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (20/10).
Foto: ANTARA FOTO/Ronny NT
Warga berjalan menembus kabut asap di kawasan Tugu Soekarno, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Ruang oksigen yang disediakan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Doris Sylvanus Palangkaraya tak lagi didatangi pasien sejak 31 Oktober lalu.

Kepala Humas RSUD Palangkaraya Theodorus Sapta Atmadja menyatakan, pihaknya mencatat ruang oksigen sudah nol pasien sejak Sabtu lalu hingga Senin ini. Berdasarkan kondisi ini, pihak rumah sakti memutuskan memindahkan ruang oksigen untuk bergabung ke dalam instalasi gawat darurat (IGD).

"Tapi kalau ada yang butuh kami tetap layani. Saat ini sudah kosong, kami kembalikan fungsinya menjadi lokasi proses belajar mengajar untuk dokter koas. Dari 31 sampai hari ini tanggal 2 sudah kosong," ujar Theodorus, Senin (2/11).

Theodorus mengungkapkan, meski status tanggap darurat telah ditetapkan sejak 27 September lalu, pihaknya telah mencatat adanya peningkatan penderita infeksi saluran napas akut (ISPA) sejak Agustus lalu. Hal ini karena kebakaran hutan dan lahan sudah terjadi sejak Agustus lalu.

"Data dari Agustus sudah meningkat. Puncak di oktober, ini untuk rawat jalan," ujar Theodorus.

RSUD Doris Sylvanus Palangkaraya mencatat, dibandingkan periode September hingga Oktober 2014 lalu, jumlah pasien ISPA rawat jalan pada tahun ini melonjak hingga 130 persen lebih tinggi. Pasien terbanyak diderita oleh balita usia 1 hingga 4 tahun dengan jumlah mencapai 363 pasien.

Sedangkan untuk ISPA rawat inap periode September hingga Oktober tahun ini meningkat hingga 150 persen lebih banyak dibanding periode yang sama tahun lalu. Dengan angka tertinggi juga diderita oleh pasien usia 1 hingga 4 tahun dengan jumlah 67 pasien.

"Memang usia balita paling rentan, makanya banyak pasien. Diare juga sama. Diare ini penyakit sepanjang tahun. Tetapi tahun ini naik 50 persen dibanding tahun lalu," jelasnya.

Theodorus menambahkan, pihaknya berencana akan lebih mengintensifkan promosi kesehatan dan kampanye pencegahan untuk menghadapi bencana serupa tahun depan. Hal ini dilakukan, lanjut Theodorus, karena bencana asap relatif berulang setiap tahun.

"Tapi kalau sudah terpapar asap ya susah. Intinya sih, kita berharap tidak ada lagi kebakaran," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement