Senin 02 Nov 2015 05:58 WIB

Asmaul Husna dan Keuangan Keluarga

Red: M Akbar
Asmaul Husna (ilustasi)
Foto:

Solusi Keuangan

Dalam mengelola keadaan defisit di saat keadaan seperti ini salah satunya adalah jika dapat mengencangkan ikat pinggang dengan mengurangi pengeluaran kebutuhan sekunder, mencari bahan subtitusi lebih murah untuk menutupi kebutuhan primer dan mengurangi makan di luar atau jalan-jalan keluarga.

Tahap keduanya adalah mencari solusi pendapatan baru dan yakin bahwa Allah yang menetapkan rezeki bagi setiap mahluk jadi jangan pernah putus asa.

Tentu saja di sisi lain ada sebagian keluarga yang menikmati pendapatan yang lebih baik dari keadaan ekonomi yang disebut di atas, seperti penjual oksigen dalam tabung dan obat-obatan, masker penutup hidung dan air bersih, namun tetaplah hidup prihatin serta senantiasa berbagi dengan sesama.

Apapun keadaannya, semuanya tidak kekal, maka dari itu baik dalam keadaan senang maupun susah, jangan pernah berhenti bersyukur dan berdoa supaya Allah Ya Akhir memberikan akhir hidup kita dalam keadaan terbaik dan akan masuk ke Surga Firdaus.

Dahsyatnya Doa

Banyak di antara kita melupakan dasyatnya dampak doa yang kita panjatkan kepada Allah untuk merubah nasib dan keadaan yang kita hadapi. Termasuk "Gerakan Nasional Revolusi Mental" yang sedang dicanangkan oleh pemerintah saat ini, harusnya juga menyentuh "bagaimana merevolusi cara kita berdoa". "Percuma membangun Fisik tanpa membangun pola pikir  masyarakat" kata Ir. H. Joko Widodo, Presiden RI.

Ikhtiar pembangunan fisik termasuk juga ikhtiar membangun keluarga dan mengelola keuangannya yang baik seharusnya didampangi dengan doa, dan doa yang baik adalah doa yang mengikuti syarat kabul dan adabnya. Barulah kemudian kita berharap bahwa doa kita akan diijabah, tanpa penghalang.

Saya tergelitik menyampaikan tulisan ini karena sering mendengar sebagian kita yang mengeluh "kenapa ya masalah asap ini tidak segera usai?", "kenapa ya ekonomi Indonesia tidak bisa lebih cepat tumbuhnya?", "kapan Indonesia akan bebas dari hutang?", "kapan ya masyarakat kita bersih korupsi?" dan akhirnya "kenapa ya uang yang kubawa ke rumah selalunya tidak pernah cukup?", atau "bagaimana supaya Allah membukakan lagi pintu-pintu rezeki bagi keluarga kita?".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement