Ahad 01 Nov 2015 12:00 WIB

Rumah untuk Hunian Tetap Suku Anak Dalam Selama Asap Pekat Disiapkan

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (kanan) menyapa anak-anak suku Anak Dalam korban bencana asap yang mengungsi dipingiran Hutan Bukit Suban, Air Hitam, Sarolangun, Jambi, Jumat (30/10).
Foto: Antara/Tisna
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (kanan) menyapa anak-anak suku Anak Dalam korban bencana asap yang mengungsi dipingiran Hutan Bukit Suban, Air Hitam, Sarolangun, Jambi, Jumat (30/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Sosial akan menyiapkan rumah sebagai hunian tetap bagi Suku Anak Dalam (SAD) di Provinsi Jambi jika mereka setuju untuk menetap.

"Lahan disiapkan oleh daerah, rumah oleh Kemensos, juga infrastruktur di-support oleh PU," kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Jakarta, Ahad (1/11).

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menemui SAD atau Orang Rimba di Sarolangun Jambi yang juga menjadi korban kabut asap pada Jumat (30/10) sebagai bentuk perhatian serius pemerintah.

Suku Anak Dalam adalah suku yang tinggalnya berpindah-pindah, sehingga Presiden pun sempat bertanya kepada Suku Anak Dalam yang tinggal di tenda-tenda di kebun sawit, apakah mau tinggal di rumah dan tidak nomaden lagi.

Mereka, kata Presiden, menjawab mau, tapi dengan syarat rumahnya memiliki jarak yang agak jauh dan memiliki lahan. Menurut Mensos, ia sudah mendapatkan komitmen dari Bupati Merangin yang akan menyiapkan 1.000 hektare lahan untuk Orang Rimba, masing-masing akan mendapatkan dua hektare sehingga tanah tersebut bisa untuk 500 KK.

"Saya minta paling tidak awal Desember 2015 saya sudah bisa melihat dimana lokasi itu. Saya sudah ketemu juga perwakilan dari empat tumenggung, ketika saya sampaikan bahwa kalau disiapkan lahan oleh pemerintah kabupaten apakah mereka siap untuk mendapatkan hunian tetap, ternyata alhamdulillah mereka siap," kata Khofifah.

Di Merangin, Kemensos juga sudah menyiapkan rumah untuk Orang Rimba, dan berbeda dengan di Sarolangun di sekitar rumah-rumah yang sekarang sedang dibangun tersebut SAD bahkan sudah membuat tenda (sodung) yang tidak ada dinding.

"Ini Suatu yang sangat menggembirakan karena di Komunitas Adat Terpencil (KAT) Sarolangun misalnya yang sudah terbangun 13 sekarang juga hanya rumah singgah," tambah dia. Saat ini mereka masih menjadikan sebagai rumah singgah atau belum menjadikan sebagai hunian tetap karena masing sering kembali ke hutan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement