REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Perusahaan Listrik Negera (PLN) Wilayah Sumatra Barat saat ini mengalami defisit daya listrik sebesar 30 megawatt (MW) dari kebutuhan beban puncak sebesar 510 MW.
Deputi Manager Humas PT PLN (Persero) Wilayah Sumatra Barat (Sumbar) Ridwan mengatakan defisit listrik selain akibat pemeliharaan terhadap sejumlah pembangkit listrik, juga disebabkan berkurangnya debit air akibat musim kemarau serta paparan kabut asap yang mempengaruhi kinerja sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
"Cukup banyak defisit 30 MW (di Sumbar) dari beban puncak 510 MW sehingga terjadi pemadaman bergilir di Sumbagtengsel (Sumatra bagian Tengah dan Selatan),durasinya tiga jam," kata Ridwan di Padang, Sumbar, Jumat (30/10).
Di Sumbar, ia menjelaskan, selain pasokan dari Sumbagtengsel, terdapat sejumlah pembangkit listrik seperti PLTA Batang Agam, PLTA Maninjau, PLTA Singkarak, PLTU Ombilin, dan PLTG Teluk Sirih.
Sayangnya, PLTA Batang Agam seluruhnya mati total. Sementara itu, satu unit PLTG Teluk Sirih sedang bermasalah.
Begitu pula, dengan empat PLTA Singkarak dan empat PLTA Maninjau bermasalah pada pagi hingga sore hari. Untuk PLTA Maninjau dan PLTA Singkarak, tiga dari empat unit yang ada akan beroperasi pada malam hari untuk membantu beban puncak. Sementara itu, PLTU Ombilin saat ini hanya mempunyai kemampuan daya sebesar 180 MW.
"PLTG sensitif asap, kalau terdeteksi asap kemampuannya berkurang," ujar Ridwan.