REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo memutuskan langsung menuju Jambi dan membatalkan meninjau lahan terbakar di Kecamatan Air Sugihan dari udara. Jarak pandang yang hanya sekitar 300 meter tidak memungkinkan Presiden melihat titik api dari helikopter karena terhalang kabut asap.
Di Jambi, Presiden meninjau "kelas aman asap" di SDN No 181/IV, Kelurahan Lebak Bandung, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi. Kelas aman asap merupakan salah satu langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyediakan kelas yang dilengkapi alat penyaring udara. Dengan begitu, udara luar yang masuk ke dalam kelas adalah udara bersih. Dengan ruang kelas yang bebas asap itu, anak-anak tetap bisa belajar dengan tenang.
Presiden dan Ibu Iriana Joko Widodo saat berkunjung ke kelas di SDN No 181/IV menyapa anak-anak yang sedang belajar dan membagi-bagikan buku. Di SD ini pula, Presiden bertemu dengan Zeily Nurachman, Guru Besar Biokimia, Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) penemu piranti anti asap yang berhasil menurunkan udara yang memiliki Indek Standar Pencemaran Udara (ISPU) tinggi menjadi rendah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan, SD No 181/IV adalah sekolah aman asap. "Kelas yang menggunakan membran sehingga udara disaring dan udara di dalam menjadi bersih sehingga bisa dipakai untuk kegiatan belajar mengajar," ujar Anies, Jumat (30/10).
Anies menjanjikan akan memasang membran ini di sembilan provinsi pada 170 ribu ruang kelas di pasang. "Harganya murah sekitar Rp. 200 ribu hingga Rp 300 ribu per kelas. Ditambah dengan exhaust dan tanaman untuk mengurangi polutan," ucap Anies.
Alat ini sudah diujicobakan di Sumatra dam berhasil menurunkan ISPU dari 280. Dengan menggunakan membran ini, ISPU di dalam ruang kelas turun menjadi 70.