REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Parwati Sofan mengatakan, berdasarkan data satelit penginderaan jauh sejak 21 Juni 2015 hingga 20 Oktober 2015 jumlah luas lahan Indonesia yang terbakar mencapai 2.089.911 hektare.
Parwati menjelaskan, data tersebut didata berdasarkan metode deteksi perubahan (change detection) yang didasarkan atas indeks kebakaran dNBR (perubahan nilai Normalized Burn Ratio) dari data MODIS. Basis pengolahan adalah Dasarian atau setiap sepuluh hari.
"Analisis diintegrasikan dengan data densitas hotspot dari data Terra dan Aqua-MODIS serta SNPP-VIIRS. Ukuran burned area terkecil yang dapat dideteksi oleh satelit Aqua/Terra MODIS adalah 6,25 hektare," ujar Parwati di Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Jumat (30/10).
Adapun, estimasi luas daerah terbakar di Indonesia yaitu, Sumatera seluas 832.999 hektare, yang terdiri dari 267.974 hektare lahan gambut, dan 565.025 hektare non-gambut. Kemudian, Kalimantan dengan luas 806.817 hektare. Jumlah tersebut terdiri dari 319.386 hektare lahan gambut, dan 487.431 hektare lahan non-gambut.
Untuk Papua, lahan yang terbakar seluas 353.191 hektare. Luas tersebut terdiri dari 31.214 hektare lahan gambut, dan 321.977 hektare lahan non-gambut. Kemudian, Sulawesi seluas 30.912 hektare yang merupakan lahan non-gambut. Bali dan Nusa Tenggara mencapai 30.162 hektare, yang terdiri dari lahan non-gambut.
Selanjutnya, untuk Pulau Jawa, lahan yang terbakar seluas 18.768 hektare yang terdiri dari lahan non-gambut. Kemudian, di Maluku, seluas 17.063 hektare, yang juga terdiri dari lahan non-gambut.
Ia menjelaskan, selain dari data yang diperoleh menggunakan satelit, hasil tersebut juga diperoleh dengan membandingkan data dari peta lahan gambut Kementerian Pertanian. Meski demikian, hasil perhitungan tersebut adalah estimasi atau jumlah perkiraan.