REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Direktur Pencegahan dan Pengembangan Hutan Pemprov Jawa Timur, Istanto merasa heran ada kebakaran hutan di Gunung Lawu dan Gunung Semeru, Jawa Timur. Ia mengatakan penyebab kebakaran tidak mungkin disebabkan alam.
Ia menyatakan kebakaran tersebut memang tidak ada indikasi dilakukan secara sengaja maka kemungkinan besar terjadi karena kelalaian pendaki. “Hutan konservasi di Jawa Timur masih bagus, tapi kok ini kebakaran, ini juga kok semuanya kebakaran, tidak habis pikir juga,” katanya di lapangan Rampal, Kota Malang seusai Acara Apel Penanggulangan Kebakaran Hutan Se-Jawa Timur, Kamis (29/10).
Istanto mengatakan sebelum kebakaran Gunung Lawu dan Semeru sudah ditutup untuk pendakian. Sosialisasi juga terus dilakukan. Ia mengatakan jika sengaja dibakar di puncak gunung tidak mungkin.
Terjadi secara alamiah juga sangat kecil kemungkinannya. Maka keteledoran pendaki dalam membuat api unggun kemungkinan besar penyebabnya. Sosialisasi untuk tidak membuat api unggun sudah dilakukan. Namun Polisi Hutan pun masih kecolongan.
Karena itu Polisi hutan sangat mengharapkan kesadaran pendaki untuk tidak membuat api unggun. Karena di Jawa Timur kebakaran hutan terjadi hanya di jalur-jalur pendakian. “Kita tutup dulu sekarang ini, kita sarankan pendakian dilarang dulu terutama di tempat-tempat yang rawan ini, sampai musim kemarau berlangsung,” katanya.
Sementara itu hingga pagi ini, satelit di BMKG Juanda memantau masih ada 26 titik api yang terus menyala di 6 kabupaten di Jatim. Salah satunya terpantau jelas di Prigen, Pasuruan.
Wilayah yang dekat dengan, Taman Safari Indonesia (TSI), tempat konservasi satwa dan wisata itu hingga pagi ini masih membara. Titik api dipastikan dari kebakaran hutan. Bahkan di Prigen sudah beberapa hari terbakar.
"Prigen yang masuk lereng Arjuno masih terbakar," kata Kasi Data dan Info BMKG Juanda.