REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Beragam cara dilakukan masyarakat sesuai kepasitas dan kemampuan untuk membantu penanganan kabut asap yang terus menguat akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatra dan Kalimantan. Salah satunya bunker perlindungan asap yang diuji coba di SDN Percobaan yang beralamat di Jalan Ujung Gurun 56 Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar).
Alat yang diciptakan oleh Lektor Kepala Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dari Institut Telnologi Bandung (ITB), Zeily Nurachman bersama tim bersama dengan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) terbukti efektif mengurangi konsentrasi aerosol atau partikel debu (PM10) di dalam kelas.
Zeily mengatakan, berdasarkan laporan PM10 dari Bapedalda Kota Padang, PM10 (pada pagi hari) berada di angka 288 mikrogram per meter kubik. Di halaman SDN Percobaan, PM10 terukur 180 mikrogram per meter kubik. Sementara itu, di dalam ruang kelas, PM10 berada di angka kisaran 70-90 mikrogram per meter kubik.
"Alhamdulillah ini ada data, ini ada data (particulate air monitoring equipment), artinya sudah ada fungsi, minimal 50 persen," katanya, Rabu (28/10).
Sehingga, ia mengatakan, bunker perlindungan asap ini dapat diduplikasi untuk seluruh sekolah di Sumatra Barat atau yang terdampak kabut asap.
Bunker perlindungan asap ini menelan biaya relatif murah, hanya sekira Rp 300 ribu. Alat-alat yang dibutuhkan juga sangat mudah ditemukan, seperti kain filter/saring yang terbuat dari dakron, aquarium, alga hijau, lampu neon.
Ia menambahkan, biaya mahal hanya untuk kipas angin penyaring debu, yang seharga Rp 300 ribu per buah. Dalam satu sistem bunker perlindungan asap, dibutuhkan dua kipas angin penyaring debu.
"Silahkan ini diduplikasi di kelas atau rumah. Penyempurnaan (bunker perlindungan asap) kreatifitas bapak-ibu guru, kami akan menjawab setiap pertanyaan," ujar Zeily menambahkan.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Inovasi dan Daya Saing, Ananta Kusuma Seta memastikan, berdasarkan hasil pengukuran, PM10 dalam bunker perlindungan asap dibandingkan di luar ruangan, jauh lebih bagus kategori ISPU-nya.
"Kualitas udaranya jauh lebih baik, berarti sistem (bunker perlindungan asap) itu bekerja," kata Ananta.