REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Panjaitan menyatakan, pemerintah salah prediksi dampak El Nino pada tahun ini, sehingga menyebabkan kesulitan dalam memadamkan api dan asap.
"Biasanya, September-Oktober sudah mulai hujan, tetapi tahun ini tidak. Kita tahu bahwa El Nino tahun ini lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga memang kami salah prediksi," katanya setelah Rapat Koordinasi Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan di kantor BNPB, Jakarta, Rabu (28/10).
Namun, kata Luhut yang juga pernah menjabat Kepala Staf Kepresiden dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu, pemerintah sudah mengerahkan semua kemampuan yang ada untuk menangani pemadaman api dan asap.
"Pemerintah sangat sadar, ahli gambut juga sudah kita panggil, semua sudah kami lakukan untuk saat ini dan ke depannya. Tetapi kami memang akui bahwa pemerintah salah prediksi sehingga kami harus bekerja keras," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Luhut juga menyatakan saat ini dibutuhkan kerja sama yang aktif dari BMKG dan BPPT dalam membuat hujan buatan di beberapa daerah yang api dan asapnya masih tergolong parah.
"Saat ini intesitas hujan mulai bagus, maka dibutuhkan kerja sama aktif dari BMKG dan BPPT untuk pantau ini apabila sudah ada awan langsung saja membuat hujan. Sebelum ini tidak bisa dilakukan karena tidak ada awan," katanya.
Menurut dia, bila hujan buatan tersebut aktif dilakukan maka ia memperkirakan tiga sampai empat hari ke depan akan dapat mengurangi asap dan api. "Namun, kalau sudah berkurang, kami tidak akan memberhentikan operasi water bombing karena untuk memadamkan lahan gambut yang sudah ada apinya hingga di bawah tanah," tuturnya.