Selasa 27 Oct 2015 16:01 WIB

Asap Kendaraan Lebih Berbahaya dari Kabut Asap

Rep: C21/ Red: Indira Rezkisari
Seorang perempuan memeluk bocah di depan rumahnya yang diselimuti kabut asap tebal di Jalan S Parman, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (27/10).
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Seorang perempuan memeluk bocah di depan rumahnya yang diselimuti kabut asap tebal di Jalan S Parman, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Langit di kota DKI Jakarta kembali tertutup asap, pada Senin (26/10). Namun, asap kendaraan lebih berbahaya daripada kabut asap. Hal tersebut dikemukakan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB‎, Sutopo Purwo Nugroho.

Menurut Sutopo, itu dari pantauan satelit Himawari dari analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang terjadi pada pukul 12.30 WIB. "Asap tipis menutup Jakarta, bahkan daerah Banten, Jawa Barat, ‎dan Jateng bagian barat," ujar dia, Selasa (27/10).

Dia menerangkan, jika asap tipis tersebut berada di ketinggian sekitar 3.000 meter. Sebagian besar asap berasal dari Kalimantan karena terbawa angin ke arah Barat Daya dan sebagian ke arah ke Selatan.

Asap yang terbawa itu akhirnya menyelimuti Jakarta, namun masih tipis. Karena konsentrasi ukuran partikel‎ sangat kecil, membuat asap tersebut tidak mengganggu kesehatan.

Kemudian, dirinya melanjutkan adanya arah angin dari Barat pada ketinggian 3.000 meter menunjukkan bahwa indikasi pergerakan massa udara dari barat ke timur yang membawa uap air yang lebih basah di wilayah Indonesia.

Tentu saja, hal ini menguntungkan upaya dalam melakukan penanggulangan terhadap kebakaran hutan dan lahan. BMKG memprediksikan pada 28-30 Oktober 2015, peluang hujan di Sumatera dan Kalimantan akan mulai banyak.

Sedangkan untuk hujan buatan akan diintensifikan saat tersedia awan potensial di atmosfer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement