Ahad 25 Oct 2015 19:30 WIB

Karbonmonoksida Bisa Sebabkan Kematian

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Andi Nur Aminah
Perempuan mengendarai motor melewati kabut asap di Palangkaraya (23/10).
Foto: EPA
Perempuan mengendarai motor melewati kabut asap di Palangkaraya (23/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menghirup terlalu banyak zat Karbonmonoksida (CO) , dapat menyebabkan kematian. Kepala pusat penanggulangan krisis Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan, kandungan CO  dapat menyebabkan kematian bagi manusia yang menghirupnya terus-menerus. 

Menurutnya, setiap pembakaran pasti akan menghasilkan Karbondioksida (CO2) dan Karbonmonoksida (CO). Sehingga, semakin banyak lahan yang terbakar, akan semakin banyak kedua kandungan zat tersebut dihasilkan.

''Keduanya beracun untuk tubuh. Namun khusus untuk CO, itu lebih bahaya daripada bahaya CO2," kata Achmad, Ahad (25/10).

Menurutnya, Karbonmonoksida jauh lebih gampang terikat oleh darah. Sehingga ada saingan oksigen dalam paru-paru dengan kandungan CO.

Akibatnya, orang yang menghirup kandungan CO terlalu banyak, akan kekurangan oksigen, karena oksigen dalam darah akan direbut oleh CO2. ''Kalau terpapar terus menerus bisa meninggal. Yang pasti keracunan CO fatal. Gejalanya pusing, muntah, nyesek dan kemudian wajahnya jadi biru,'' jelas Achmad.

Namun, sepanjang masih di ruang terbuka, kemungkinan untuk menghirup kandungan CO bisa diminimalisir. Karena masih bercampur dengan udara segar.  Achmad mengakui, semua kemungkinan tetap disiapkan oleh Kementrian Kesehatan.

Terkait dengan rencana evakuasi ke luar kota ataupun dengan kapal perang terhadap warga yang terdampak asap akibat kebakaran hutan dan lahan, Achmad menilai itu bukan solusi yang salah. ''Tapi urgensinya harus dipertimbangkan, kapan harus dipindah,'' ujar dia.

Ia menjelaskan, sudah banyak warga yang pindah tempat tinggal dengan inisiatif sendiri, dan hal itu dilakukan oleh swadaya masyarakat. Kebanyakan dari mereka pindah ke rumah warga yang lebih bagus dan aman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement