REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Angka kematian ibu karena melahirkan di Surabaya tercatat masih yang paling tinggi di Provinsi Jawa Timur (Jatim). Pada 2014, angka kematian ibu di Surabaya mencapai 39 kasus. Sementara 2015, hingga September, tercatat 32 ibu meninggal dunia karena proses persalinan.
Pemerintah Kota Surbaya bukan tidak berupaya mengatasi hal tesebut. Meskipun masih yang tertinggi, jumlah angka kematian ibu mengalami penurunan. Tahun 2013, angka kematian ibu di Surabaya pernah mencapai 60 kasus.
Tingginya kasus kematian ibu saat melahirkan mendapatkan perhatian serius para pemangku kebijakan. Merespons kondisi tersebut, Universitas Airlangga (Unair), bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Jatim, Dinas Kesehatan Surabaya, dengan didukung Unicef, memrakarsai program Gerakan Peduli Ibu Hamil dan Anak Sehat (Geliat) Unair.
Penanggung jawab program Geliat Unair, Nyoman Anita Damayanti menjelaskan, Geliat Unair merupakan konsep gotong royong berbagai unsur dalam upaya menekan angka kematian ibu dan bayi. Menurut Nyoman, dalam program tersebut, Unair mengundang para sukarelawan dari kalangan mahasiswa untuk menjadi agen-agen pendamping ibu hamil.
“Kami menjalankan program ini mencakup enam Puskesmas di empat kecamatan. Dengan catatan positif yang kami dapat, program ini tidak menutup kemungkinan akan diperluas,” ujar Nyoman dalam jumpa pers peluncuran program Geliat Unair di Kampus Unair, Ahad (25/10).
Dalam program tersebut, kata dia, sebanyak 200 relawan mahasiswa dari mulai jenjang D3 hingga S3 menjadi pendamping dan konsultan dari para ibu hamil. Informasi dan masukan dari para relawan tersebut, menurut Nyoman, selanjutnya menjadi masukan bagi tenaga medis di puskesmas-puskesmas mitra.
Salah seorang sukarelawan, Dina mengaku antusias mengikuti program tersebut. Ia bercerita, sejak Juli lalu, ia ikut mendampingi dua orang ibu hamil di Kecamatan Kali Rungkut. “Jadi tiap bulan kita datang ke rumah ibu hamil, kita tanya-tanya bagaimana kondisi mereka, kalau ada keluhan kita konsultasikan melalui grup, nanti senior-senior yang expert memberi masukan, terus informasinya kita teruskan ke Puskesmas,” kata mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat tersebut.