Jumat 23 Oct 2015 22:00 WIB

Menpar Apresiasi Kota Solo, Kenapa?

Red: M Akbar
Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan keterangan kepada wartawan terkait destinasi halal dunia yang dianugerahkan kepada Indonesia di Gedung Kemeterian Pariwisata, Jakarta, Rabu (21/10).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan keterangan kepada wartawan terkait destinasi halal dunia yang dianugerahkan kepada Indonesia di Gedung Kemeterian Pariwisata, Jakarta, Rabu (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata, Arief Yahya, memberikan apresiasinya kepada kota Solo. Ia menilai kota

kelahiran Presiden Joko Widodo ini sangat kreatif serta memiliki basis sejarah yang kuat.

''Kalau soal cultural and creative, saya tidak meragukan Solo. Saya tidak khawatir kehabisan stok ide. Saya tak akan mengajari katak berenang. Orang Solo sudah sangat kreatif, punya 56 kalender event, dan itu berarti setiap minggu ada festival. Itu adalah jumlah kalender event terbesar di Indonesia saat ini,'' kata Arief dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (23/10).

Arief memberikan apresiasi tersebut ketika hadir pada acara International Creativity Cities Conference (ICCC). Acara ini dijadwalkan hingga Ahad (25/10) mendatang. Soal kapasitas kemampuan berkreasi, Arief mengakui, Solo sudah sangat siap. Komunitas kreatifnya, menurut dia, juga sudah sangat kuat ''Saya melihat track-nya sudah betul mendesain kota sebagai kota kreatif.''

Tetapi Arief tetap mendorong agar kota ini harus bisa menyiapkan tempat sebagai inkubator guna membesarkan karya-karya kreatif anak bangsa. Ia berharap inkubasi nantinya dapat dikelompokkan sebagai creative camp dan creative center.

''Creative camp itu untuk menampung anak-anak muda, yang masih amatir, masih mencari bentuk, masih belajar, atau yang sudah jadi tapi menginginkan karya seni sebagai seni saja. Tidak mau dikomersialisasi dan dikemas di pasar dunia sebagai produk kreatif,'' katanya.

Lalu untuk kamar Creative Center, Arief menyarankan agar tempat ini bisa menjadi tempat berkumpul mereka yang sudah dipasarkan, dipromosikan, dikemas, dikomersialisasi. Dengan demikian ia berharap para kreator yang ada di sini dapat menghasilkan keuntungan secara finansial.

''Jadi yang idealis dan seni hanya untuk seni, ada kamarnya. Yang professional, yang karya seninya siap dijual, dikumpulkan dalam kamar yang berbeda. Kalau sudah punya tempat, ada dua kamar, ada para creator,'' jelas Arief.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement