Kamis 22 Oct 2015 17:36 WIB

Kinerja Maskapai Terhambat Kabut Asap

Tiga kru bandara melewati dua pesawat di landasan Bandara Supadio yang diselimuti kabut asap, di landasan Bandara Supadio, Kubu Raya, Kalbar, Rabu (21/10).
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Tiga kru bandara melewati dua pesawat di landasan Bandara Supadio yang diselimuti kabut asap, di landasan Bandara Supadio, Kubu Raya, Kalbar, Rabu (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja perusahaan penerbangan atau maskapai nasional untuk Kuartal II atau Kuartal III terhambat bencana kabut asap yang berkepanjangan.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk M Arif Wibowo di sela-sela Rapat Umum Anggota Asosiasi Perusahaan Penerbangan Sipil Indonesia (Inaca) mengatakan hingga September saja sudah membatalkan sedikitnya 2.000 penerbangan karena kabut asap.

Arif menambahkan untuk maskapai Citilink sedikitnya 600 penerbangan yang dibatalkan. Ada sekitar 120 ribu penumpang yang terdampak akibat pembatalan tersebut.

"Sangat signifikan di Kuartal III kemarin yang mempengaruhi revenue loss (pengurangan pendapatan) dan opportunity loss," ucapnya, Kamis (22/10).

Namun, dia mengaku belum menghitung total kerugian dan akan membahasnya dengan Kementerian Perhubungan, Angkasa Pura terkait kompensasi akibat bencana asap.

"Masih kita kalkulasi dengan cermat, ini menjadi pekerjaan rumah kita semua, kita harus menanggung refund (pengembalian) tiket," katanya.

Menurut dia, dampak kabut asap lebih sulit diatasi dibandingkan dengan abu vulkanik karena perubahannya yang cepat dalam hitungan menit.

Dalam kesempatan sama, Marketing Manager PT Kalstar Aviation Mochammad Zainuddin mengaku sangat terdampak dengan bencana kabut asap. Ia mengaku 90 persen rute penerbangannya di Kalimantan terhambat. Zainuddin menyebutkan sebanyak 1.000 penerbangan dibatalkan dengan hampir 120.000 penumpang terdampak.

"Kondisi asapnya sangat parah, yakni jarak pandang hanya 100-200 meter, yang mengakibatkan banyaknya penerbangan dibatalkan," ujarnya.

Akibat ya, lanjut dia, perusahaan harus menanggung kerugian puluhan miliar karena yang seharusnya frekuensi 70 penerbangan sehari dengan adanya kabut asap harus dipangkas jadi 20 penerbangan sehari.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement