REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Sedikitnya 50 warga Sampit, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, terpaksa mengungsi ke daerah lain/luar pulau, di antaranya ke Yogyakarta akibat kabut asap yang menyelimuti daerah itu semakin tebal.
"Kami terpaksa mengungsi ke Yogyakarta karena kondisi udara di Sampit saat ini sudah sangat bahaya bagi kesehatan, bahkan jarak pandang hanya berkisar 20-40 meter saja," kata Saputro warga Kelurahaan Baamang Barat, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur, di Sampit, Rabu (21/10).
Untuk mengungsi, Saputro bersama keluarganya harus pergi melalui Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) dengan 8-10 jam perjalanan karena Bandara Haji Asan Sampit, dan Bandara Tjilik Riwut, Palangkara ditutup, akibat tertutup asap.
Saputro mengungkapkan, mengungsi merupakan jalan satu-satunya yang harus dilakukan untuk menyelamatkan dua orang anaknya. "Asap sebetulnya sudah lama menyelimuti Kotawaringin Timur, namun hari ini Rabu (21/10) terjadi sangat tebal dan membuat kami susah bernapas untuk itu kami bersama 10 orang keluarga terpaksa harus mengungsi ke tempat yang lebih aman dan tidak berasap," katanya.
Ketebalan asap yang menyelimuti Kabupaten Kotawaringin Timur sudah tidak dapat ditoleransi lagi, sebab selain asap tebal berwarna kekuningan juga bercampur dengan abu sisa kebakaran lahan dan hutan.
"Kami tidak tahu berapa lama akan mengungsi yang jelas sampai kondisi udara di Sampit benar-benar sehat dan nyaman untuk bernapas," ucapnya.
Sementara itu, akibat asap menebal Dinas Pendidikan Kabupaten Kotim langsung menginstruksikan seluruh sekolah untuk diliburkan. "Kami sudah menginstruksikan sekolah untuk memulangkan anak didik, dan diliburkan hingga Sabtu (24/10). Kebijakan libur sekolah akan dievaluasi kembali setelah ketebalan asap berkurang," terangnya.
Sekolah yang diliburkan secara mendadak karena asap tebal tersebut adalah untuk jenjang pendidikan SMP dan SMA sederajat. Sedangkan untuk tingkat pendidikan TK dan SD sederajat sudah diluburkan beberapa hari sebelumnya.