REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Wakil Ketua DPRD NTB, Mori Hanafi mengungkapkan keberadaan angkutan kuning di Kota Mataram semakin surut. Sebab, masyarakat lebih memilih menggunakan motor atau pun motor. Bahkan, dalam satu rumah tangga berjumlah 5 orang bisa memiliki sepeda motor mencapai lima motor.
“Di Kota Mataram, ada angkutan kuning yang eksis sampai awal tahun 2000. Namun, pada 2010 mulai surut, pola transportasi masyarakat di Mataram lebih senang menggunakan motor. Satu rumah tangga itu bisa punya motor empat atau sampai lima,” ujarnya kepada wartawan saat dialog bersama dinas perhubungan Provinsi Sumatera Utara dalam rangka kunjungan kerja, Akhir pekan kemarin.
Ia menuturkan, dengan semakin banyak jumlah kendaraan pribadi roda dua dan empat di Kota Mataram akan menimbulkan permasalahan yaitu kemacetan. Apalagi tiap tahun kendaraan bermotor tiap tahun semakin banyak. Apabila keberadaan kendaraan tidak terkelola dengan baik maka bisa menciptakan kemacetan baru.
Menurutnya, hal itu berbeda dengan kondisi transportasi publik di Medan yang masih berjalan dengan baik. Oleh karena itu, kunjungan kerja yang dilakukan dinas perhubungan NTB bersama jurnalis merupakan bagian mengetahui lebih banyak mengenai kondisi moda angkutan publik di Medan.
Kepala Dinas Perhubungan Sumatera Utara, Anthony Siahaan mengaku saat ini kondisi transportasi angkutan publik berjaan semrawut. Jumlah angkutan di Kota Medan mencapai 13 ribu kendaraan, sementara total angkutan publik di semua kabupaten/kota bisa mencapai 20 ribu lebih. Oleh karena itu, Dishub Sumut akan mempercepat program angkutan masal perkotaan.
Menurutnya, keberadaan sepeda motor yang berada dimana-mana menciptakan masalah baru. Oleh karena itu, dengan program Trans Medan dan Angkutan Masal Perkotaan diharapkan masyarakat bisa beralih dari transportasi pribadi menggunakan moda transportasi publik.