REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Pergelaran busana Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2015 kembali digelar di Taman Blambangan, Kabupaten Banyuwangi pada Sabtu malam (10/10). Festival Batik yang sudah digelar rutin sejak tiga tahun terakhir itu berlangsung meriah.
Ajang fashion ini menjadi panggung yang menegaskan eksistensi batik Bumi Blambangan, sebutan Kabupaten Banyuwangi. Tahun ini, BBF mengusung tema motif batik ”Paras Gempal”, salah satu motif batik di kabupaten ujung timur Pulau Jawa tersebut. ”Paras” adalah batu cadas, sedangkan ”gempal” berarti runtuh. Jika disatukan, motif tersebut bermakna kerukunan dan kesolidan bak batu akan membuat masyarakat tidak runtuh.
Batik Banyuwangi ditampilkan secara menawan dan elegan, baik oleh pelaku industri kecil menengah (IKM), desainer lokal, maupun desainer nasional. Desain-desain busana batik yang tampil di atas panggung BBF 2015 menunjukkan perkembangan kreativitas yang luar biasa dari para pelaku IKM dan desainer lokal.
Sejak digelar pertama kali pada 2013 hingga kini, BBF telah mampu menjadi media bagi peningkatan kualitas busana batik daerah seiring dengan puluhan workshop yang digelar Pemkab Banyuwangi untuk meningkatkan kualitas batik para perajin lokal.
Menteri Perdagangan Thomas Lembong yang berkesempatan menyaksikan langsung festival itu mengatakan, batik bukan hanya sekadar produk busana, tapi juga mencerminkan kepribadian dan budaya bangsa. Batik juga telah menjadi salah satu identitas warga Indonesia di mancanegara.
”Mengangkat eksistensi batik merupakan pekerjaan yang merepresentasikan budaya dan karakter bangsa. Banyuwangi patut menjadi contoh bagi daerah lain. Mencintai batik berarti juga mencintai produk-produk dalam negeri, dan ini akan sangat membantu perekonomian nasional,” kata Thomas Lembong yang hadir mengenakan batik khas Banyuwangi.