REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang tua pasti ingin melindungi buah hatinya dari para pelaku kejahatan seksual terhadap anak (pedofil). Terkadang orang tua terkecoh mengingat biasanya para pelaku merupakan orang yang dikenal. Ditambah lagi mengidentifikasi apakah orang itu pedofil atau tidak cenderung sulit.
Namun ada beberapa ciri psikis yang biasa ditunjukkan para predator seksual anak. "Mereka biasanya bermain halus," ujar psikolog Rose Mini, baru-baru ini.
Rata-rata, anak yang menjadi korban sudah mengenal pelaku. Awalnya, pelaku akan berusaha menumbuhkan ketergantungan anak padanya seperti mengajak bermain, bercerita, memberikan mainan ataupun makanan yang tidak biasa diberikan orang tuanya. Tindakan tersebut membuat anak menjadi terikat.
"Kalau orang ini tidak ada, anak akan mencarinya," kata dia.
Yang dikhawatirkan adalah apabila sasaran pedofil adalah anak dari keluarga golongan ekonomi menengah ke bawah. Anak-anak kategori ini biasanya mendapatkan uang saku yang sedikit dari orang tua, bahkan ada yang tidak diberi sama sekali.
Anak-anak terkadang ingin memiliki apa yang dipunyai teman-temannya. Pedofil memanfaatkan situasi ini dengan memberikan uang jajan kepada korbannya.
"Ini yang membuat anak menjadi lekat dengan pelaku," ucap Rose.
Para pedofil biasanya pernah mengalami pelecehan seksual di masa lalunya. "Mereka berpikirnya, 'sudah terlanjur rusak, ya sekalian saja," kata dia. Untuk itu, semestinya penanganan kasus kekerasan seksual tidak hanya intensif ditujukan kepada korban, tapi juga pada pelakunya.