Jumat 09 Oct 2015 17:24 WIB

Salim Kancil Telah Jadi Pahlawan di Hati Warga Desa Selok Awar-Awar

Rep: Andi Nurroni/ Red: Bayu Hermawan
Dukungan untuk almarhum Salim Kancil.
Foto: Twitter
Dukungan untuk almarhum Salim Kancil.

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Kematian petani penolak tambang pasir, Salim (46) alias Kancil, hampir dua pekan berlalu. Mungkin namanya tidak akan lagi menjadi pusat perhatian publik, seiring surutnya pemberitaan tentang kasus kematiannya. Namun bagi warga Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang, Salim Kancil akan dikenang sebagai Pahlawan.

Di hati warga kampung halamannya, Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang, nama Salim Kancil telah terpatri dan akan selalu dikenang. Warga menganggap Salim sebagai pahlawan yang telah membebaskan desa dari cengkraman tambang pasir yang selama ini membuat warga frustrasi.

Bagi Remin (50), perjuangan Salim Kancil mewakili jeritan hati mayoritas warga Desa Selok Awar-Awar. Ibu peternak ayam itu telah sejak lama gusar dengan keberadaan tambang pasir di desanya.

Hal yang paling dia keluhkan dari tambang, seperti juga warga yang lain, adalah hilir-mudik truk pengangkut pasir yang membuat warga selalu was-was berkegiatan di jalan. Menurut dia, tak terbilang lagi kasus kecelakaan di jalanan desa setelah adanya tambang pasir.

"Aku nagis neng ati, Le, ndelok akeh wong keserempet (truk), podo tibo. Ono pisan sing mati, (saya menangis dalam hati, lihat banyak yang keserempet truk. Ada juga yang meninggal)," ujar Remin ditemui sedang bekerja di penangkaran ayamnya di Desa Selok Awar-Awar, Jumat (9/10).   

Penangkaran ayam Remin sendiri berada persis di tepi jalan lalu-lintas truk pasir. Di depan tempat dia bekerja saja, kata Remin, selama hampir dua tahun adanya tambang pasir, sudah ada tiga kasus kecelakaan pengendara sepeda motor atau sepeda yang diserempet truk pengangkut pasir. Sudah sejak lama, Remin selalu berharap agar penambangan pasir segera berakhir.

"Saiki tambang wes gak ono. Aku koyok ngimpi, Le. Aku yo syukur. Salim Kancil iku pancen pahlawan. Salim iku mbelani aku, Le (Sekarang tambang sudah tak ada. Saya seperti mimpi. Saya bersyukur. Salim Kancil itu benar-benar pahlawan. Salim itu membela saya)," ujarnya.

Munadi (70), ayah Remin yang bekerja bersamanya mengaku masih suka terharu kalau mendengar nama Salim Kancil. Menurut Munadi, ia tahu persis Salim Kancil sejak dia kecil.

"Aku isih nelongso nek ono sing nyebut Salim. Salim iku gak salah opo-opo, (saya masih sedih jika ada yang menyebut nama Salim. Salim tidak punya salah apa-apa)" ujar Munadi sambil mengusap matanya yang memerah basah.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement