REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menginginkan agar mesin bor bawah tanah atau Tunnel Boring Machine (TBM) proyek Mass Rapid Transit (MRT) segera dioperasikan.
"Bahkan kalau bisa, pengeboran bawah tanah dengan mesin bor kedua di lokasi berikutnya jaraknya jangan lama-lama dengan pengeboran pertama, beda sebulan saja setelah yang pertama selesai," kata Basuki di Jakarta, Kamis (8/10).
Menurut pria yang lebih akrab disapa Ahok itu, mesin bor bawah tanah yang digunakan saat ini masih dioperasikan oleh pihak Jepang. Namun dalam satu atau dua bulan ke depan akan dialihkan kepada pihak Indonesia.
"Sekarang yang mengoperasikan mesin bor itu masih pihak Jepang. Nanti, setelah teknisi Indonesia sudah terampil, kira-kira satu atau dua bulan, baru akan dioperasikan oleh teknisi kita (Indonesia)," ujar Basuki.
Lebih lanjut, mantan Bupati Belitung Timur itu menuturkan saat ini pengeboran bawah tanah di lokasi pertama sudah sejauh 12 meter, dan penggaliannya pun masih terus dilakukan selama 24 jam setiap hari atau tanpa berhenti.
"Memang dibutuhkan proses yang panjang untuk mengerjakan pekerjaan pengeboran bawah tanah, karena selain mengebor, mesin bor atau TBM juga langsung memasang dinding terowongan," tutur Ahok.
Seperti diketahui, mesin bor bawah tanah atau Tunnel Boring Machine (TBM) yang sudah mulai dioperasikan sejak 21 September 2015 memiliki dimensi dengan diameter sekitar 6,7 meter dan memiliki berat sekitar 323 ton.
Terdapat dua mesin bor yang digunakan untuk membangun stasiun-stasiun MRT bawah tanah. Satu unit TBM sudah berada di lokasi pengeboran pertama yaitu di Patung Pemuda, Senayan, Jakarta Pusat.
Sedangkan, saat ini satu unit mesin bor yang sama sedang dirakit di tempat perakitan di Cakung, Jakarta Timur, sebelum dibawa ke lokasi pengeboran stasiun bawah tanah MRT lainnya