REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berniat menggugah kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk tragedi kekerasan yang menimpa aktivis lingkungan, Salim Kancil dan Tosan, puluhan mahasiswa Universitas Nasional menggelar aksi pengumpulan dana di persimpangan Jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan, Rabu (7/10) sore WIB.
Menurut Askar, salah satu peserta aksi, mengungkapkan, penggalangan dana ini merupakan bentuk kesadaran mahasiswa terhadap tragedi kekerasan yang di alami dua aktivis lingkungan, Salim Kancil dan Tosan, di Desa Selok Awar Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, akhir bulan lalu.
Bahkan, kekerasan itu berujung kematian kepada Salim Kancil, sementara hingga saat ini Tosan masih dirawat di rumah sakit.Tidak hanya itu, aksi ini juga bertujuan untuk menggugah kepedulian dan kesadaran masyarakat soal tragedi di Lumajang tersebut.
''Ini bentuk solidaritas kami dan upaya menggugah kesadaran masyarakat, bahwa ada peristiwa tragis yang menimpa saudara kita di Lumajang,'' kata Askar kepada Republika.co.id, Rabu (7/10).
Dalam kesempatan tersebut, mahasiswa yang terkumpul dalam Unas Bergerak itu juga menyatakan tuntutan mereka terhadap pengungkapan kasus pembunuhan Salim Kancil dan praktek penambangan pasir ilegal di Lumajang.
Menurutnya, ada pelanggaran HAM yang terjadi dalam kasus ini. Pun dengan kecurigaan adanya keterlibatan perusahaan-perusahaan besar di praktek penambangan pasir ilegal di sejumlah wilayah Jawa Timur.
''Jika negara, dalam hal ini Kepolisian, serius mengungkap kasus ini, maka kasus tersebut bisa selesai dalam satu atau dua hari,'' ujar Askar, yang berkuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Universitas Nasional tersebut.
Aksi pengumpulan dana kali ini merupakan pengumpulan dana di hari pertama. Pengumpulan dana ini pun akan terus berlanjut, hingga dirasa cukup dan akan disalurkan ke keluarga Salim Kancil dan Tosan. Dalam penyaluran dana ini, Unas Bergerak akan berkoordinasi dengan Jaringan Advokasi Tambang (JATAM).