REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi IV DPR Titiek Soeharto mengatakan Indonesia seharusnya menerima tawaran bantuan dari negara lain dalam menangani kebakaran hutan dan lahan. Tawaran bantuan tersebut sejauh ini baru berasal dari Singapura lantaran dampak kabut asap telah menjangkau negara tersebut hingga Malaysia.
"Kalau kita belum sanggup, ada negara lain mau bantu, mbok ya diterima saja. Ini bencana nasional. Apalagi kalau negara itu terkena dampaknya," kata Titiek dalam diskusi di DPR, Jakarta, Rabu (7/10).
Titiek juga meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menangani serius masalah kebakaran yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir. Akibat kebakaran hutan dan lahan, kabut asap yang menyelimuti sejumlah daerah di Sumatera dan Kalimantan pun berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat setempat.
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei mengatakan Indonesia menolak bantuan yang ditawarkan oleh Singapura. Seperti bantuan pesawat hercules untuk membantu menciptakan hujan buatan. Alasannya, Indonesia juga memiliki empat pesawat hercules yang telah dikerahkan di lokasi tersebut.
"Singapura tawarkan hercules untuk penyemaian awan. Saya katakan kita ada 4 stand by di sana untuk sewaktu-waktu terbang kalau awannya cukup, tapi kondisi cuaca, awannya sedikit sehingga kami tidak maksimal kerja," jelasnya.
Selain itu, menurut Willem, Singapura juga menawarkan penggunaan tehnologi citra satelit. Namun, Indonesia juga telah memiliki kemampuan dan menggunakan tehnologi tersebut. Lebih lanjut, Willem juga menjelaskan Indonesia telah mengerahkan 17 helikopter untuk melakukan pengeboman air melalui udara. Namun, upaya tersebut terkendala lantaran asap kebakaran yang sangat pekat.
Kendati demikian, ia menyebut pemerintah Singapura memahami Indonesia terkait upaya yang dilakukan dalam menangani kebakaran hutan dan lahan. Willem mengatakan, pemerintah telah menjelaskan kepada Singapura terkait hambatan yang dihadapi dalam memadamkan titik api di sejumlah daerah.
"Dengan penjelasan itu Singapura bisa memahami dan berharap Indonesia bisa segera mengatasi ini," kata Willem di gedung BNPB, Jakarta, Selasa (6/10).