Selasa 06 Oct 2015 17:37 WIB

Kelola Limbah DKI, PAM Jaya 'Kawin' dengan PAL Jaya

Rep: C26/ Red: Ilham
Petugas menunjukan cara kerja mesin pengolahan air limbah di rumah pompa Kartini V Jakarta, Selasa (8/9).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Petugas menunjukan cara kerja mesin pengolahan air limbah di rumah pompa Kartini V Jakarta, Selasa (8/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana menggabungkan dua BUMD-nya, yakni Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya dengan Perusahaan Air Limbah (PAL) Jaya. Penggabungan keduanya dalam rangka mengelola air limbah untuk dijadikan sumber air baku bagi warga Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, kebutuhan air minum di Jakarta sangat tinggi. Tentunya jika hanya memanfaatkan air dari sumber tidak akan mencukupi. Karenanya, dibutuhkan peningkatan pengelolaan air limbah untuk dijadikan air siap pakai.

"Penggabungan seperti ini saya harapkan jadi solusi keterbatasan air. Pengelolaan air limbah tambah suplai Ciliwung tambah suplai Jatiluhur luar biasa sumber airnya nanti untuk Jakarta," kata Basuki dalam acara Workshop Rencana Penggabungan PAM Jaya dan PAL Jaya di Hotel Grand Cempaka, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (6/10).

Ahok, sapaan akrabnya menilai negara luar sudah sangat maju mengelola air limbah untuk dipakai kembali. Misalnya Singapura dan Belanda. Kini kedua negara tersebut bisa menggunakan air bekas buang air, limbah domestik, dan aktivitas sehari-hari untuk kembali dipakai.

Kemajuan tersebut, sebutnya, sudah dikerjakan negara luar bertahun-tahun yang lalu. Ia menyayangkan Jakarta terlambat memulai saat ini. Tapi tetap harus dilaksanakan.

Mantan Bupati Belitung Timur ini menargetkan akhir tahun harus sudah dimulai penggabungan dan pengelolaan air limbah ke rumah-rumah di seluruh Jakarta. Jadi, di setiap rumah nantinya akan dipasangkan pipa untuk menyalurkan air limbah untuk dikelola. Termasuk gedung-gedung perkantoran.

Ia menilai ini menjadi solusi terbaik untuk mengatasi mahalnya harga air yang saat ini dirasakan masyarakat. Dimana di daerah kekurangan air warga bisa membeli hingga Rp 25 ribu perkubik.

Diharapkan dengan pengelolaan air limbah, bisa menjadi tambahan air baku bagi Jakarta. Selama ini, Jakarta memperoleh pasokan air dari Jatiluhur dan Sungai Cisadane. Sementara 13 sungai yang ada di ibu kota tidak bisa dipakai karena tercemar limbah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement