REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menilai masih banyak masyarakat ibu kota yang membuang-buang air. Padahal saat ini keberadaan air baku menjadi persoalan karena semakin minim.
Basuki menilai masih banyak warga yang tidak memanfaatkan air yang sudah disubsidi Pemprov Jakarta. Misalnya memanfaatkan untuk cuci motor.
"Kalau kamu nggak mampu, jangan buang dong (airnya). Nggak mampu tapi cuci motor. Tiap hari cuci motor, ya mati aja," kata Basuki usai membuka Workshop Rencana Penggabungan PAM Jaya dan PAL Jaya di Hotel Grand Cempaka, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (6/10).
Tak hanya itu, ia menyebut banyak juga tempat cuci motor yang menggunakan air subsidi Pemprov DKI sebagai sumber airnya. Mereka membayar dengan murah seharga Rp 1.050 per kubiknya. "Buka tempat cuci motor itu pakai air yang 1.050. Saking murahnya setiap hari cuci motor," tudingnya.
Ada lagi, sebutnya, warga yang memanfaatkan air hydrant untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan kemudian dijual kembali untuk mengambil untung. Menurutnya ini menjadi kondisi yang memprihatinkan. Padahal masih banyak warga yang kekurangan air bersih untuk dipakai sehari-hari.
Atas dasar tersebut, Pemprov DKI ingin membatasi penggunaan air penerima subsidi. Artinya selama ini warga yang membayar Rp 1.050 perkubik akan dibatasi penggunaannya. Di atas 10 meter kubik maka akan dikenakan kenaikan tarif.
Proses ini masih menunggu kesepakatan anggota dewan tentang penyesuaian pemakaian air. Jadi bisa langsung diterapkan agar tidak ada lagi kecurangan-kecurangan. Selain itu Ahok, sapaan akrabnya ingin meningkatkan pengelolaan air limbah untuk jadi air bersih. Untuk itu, dua BUMD yakni PAM Jaya dan PAL Jaya akan digabungkan untuk mengelola bersama.