Selasa 06 Oct 2015 09:20 WIB

Dikritik Gubernur BI, Seskab: Presiden tak Ada Waktu Cari Popularitas

Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung.
Foto: Seskab
Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun telah meminta dilakukannya perhitungan ulang, Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung mengatakan, Presiden Joko Widodo sama sekali tidak akan melakukan intervensi dalam persoalan kenaikan atau penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), listrik maupun gas.

Kepada Menteri BUMN, kata Pramono, Presiden Jokowi menginginkan perhitungan harga BBM dilakukan dengan baik saat masyarakat membutuhkan. “Nanti bagaimana hasilnya dipersilahkan kepada Pertamina, atau PLN karena sekarang ini mekanismenya sangat terbuka untuk mereka yang menyampaikan,” kata Pramono  kepada wartawan seusai Rapat Terbatas di kantor Presiden, Jakarta, (5/10) petang.

Sebelumnya, Jokowi juga menyampaikan, bahwa harga bahan bakar minyak (BBM) khususnya premium dan solar sampai saat ini masih dalam proses penghitungan. Begitu juga mengenai tarif listrik, sampai saat ini masih dalam penghitungan.

Jokowi menepis anggapan, bahwa dia telah meminta harga BBM dan tarif listrik diturunkan. “Saya kemarin tidak minta diturunkan, saya minta dihitung kembali, dengan seluruh efisiensi yang ada,” kata Presiden Jokowi saat meluncurkan program 'Investasi Padat Karya Untuk Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia' di lokasi pabrik PT Adis Dimension Footwear, di Balaraja Barat, Tangerang, Banten, Senin (5/10) siang.

Pramono menjelaskan, bahwa tidak semua hal bisa diturunkan. “Ada yang harus dikoreksi. Presiden sama sekali tidak ingin melakukan intervensi kepada dunia usaha, termasuk kepada BUMN walaupun sahamnya dimiliki oleh Pemerintah,” kata Pramono

Menanggapi pernyataan Gubernur BI Agus Martowarjoyo mengenai harga BBM, Pramono menyampaikan, Bank Indonesia (BI) adalah independen dan bertanggungjawab terhadap moneter, sementara fiskal adalah tanggung jawab pemerintah.

Pramono menegaskan, pemerintah atau Presiden tidak ingin menanggapi atau berpolemik. Ia menegaskan, yang dilakukan oleh Presiden, Istana, pemerintah, atau Kabinet semata-mata difokuskan untuk menyelesaikan persoalan ekonomi.

“Sudah tidak ada waktunya lagi untuk cari popularitas dan juga untuk pencitraan,” kata Mas Pram, panggilan akrab Pramono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement