Selasa 06 Oct 2015 06:08 WIB

10 Ribu Balita Menderita ISPA di Palembang

Rep: Maspril Aries/ Red: Angga Indrawan
  Sejumlah warga menyeberangi sungai Musi dengan menaiki kapal tradisional di perairan sungai musi yang tertutup kabut asap, Palembang, Sumsel. Selasa (29/9).   (Antara/Nova Wahyudi)
Sejumlah warga menyeberangi sungai Musi dengan menaiki kapal tradisional di perairan sungai musi yang tertutup kabut asap, Palembang, Sumsel. Selasa (29/9). (Antara/Nova Wahyudi)

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Sejak kabut asap melanda Sumatera Selatan (Sumsel) akibat kebakaran hutan dan lahan di daerah itu, di Palembang penderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) mengalami peningkatan. Sejak Juli–September 2015, Dinas Kesehatan Kota Palembang mendata ada 44.993 penderita ISPA.

“Penderita ISPA sejak Juli sampai September selalu fluktuasi. Pada Juli jumlah di Palembang terdata ada 12.227 penderita, kemudian pada Agustus meningkat menjadi 17.292 penderita. Namun pada September 2015 turun sekitar 2000 penderita yaitu 15.474 penderita,” kata Anton Suwindro Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang, Senin (5/10).

Dari 44.993 penderita ISPA tersebut, menurut Anton Suwindro, penderita balita selama Juli dan Agustus terdata sebanyak 10.056 penderita. “Untuk bulan September dari 15.474 penderita data jumlah penderita balita belum kami pilah,” ujarnya.

Anton Suwindro menjelaskan, pada Juli penderita ISPA balita sebanyak 4.100 yang terdiri 1.978 penderita kali-laki dan 2.122 penderita perempuan. Pada Agustus penderita ISPA sebanyak 5.956 penderita, 2.967 penderita laki-laki dan 2.989 penderita perempuan.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Palembang, jumlah penderita ISPA yang diduga terpapar kabut asap di ibu kota Provinsi Sumatera Selatan tidak seperti yang terjadi di Jambi dan Pekanbaru. 

“Sebelum memasuki bulan kemarau dan terjadinya kabut asap, Dinas Kesehatan Kota Palembang sudah melakukan antisipasi,” kata Anton Suwindro.

Selain itu, menurut Anton Suwindro, Dinas Kesehatan Kota Palembang juga memberikan rekomendasi untuk aktivitas anak-anak di sekolah. “Kepada pihak sekolah kita minta untuk mengurangi aktivitas di luar sekolah. Namun ada juga sekolah kerepotan mengatur siswanya seperti di SD dan SMP, para siswanya banyak yang enggan memakai masker,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement