Senin 05 Oct 2015 23:36 WIB

'Kecelakaan Aviastar, Bukti Transportasi Perintis Masih Minim Perhatian'

Rep: Amri Amrullah/ Red: Karta Raharja Ucu
Tim Basarnas bersama TNI bersiap melakukan pencarian udara mengunakan pesawat Aviastar PK-BRS di Bandara Lagaligo Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Senin (5/10).
Foto: Antara/Sahrul Manda Tikupadang
Tim Basarnas bersama TNI bersiap melakukan pencarian udara mengunakan pesawat Aviastar PK-BRS di Bandara Lagaligo Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Senin (5/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecelakaan penerbangan yang dialami Aviastar kembali mengulang permasalahan mendasar dalam bidang transportasi perintis. Minimnya perhatian pemerintah terhadap menjadi permasalahan utama rendahnya kualitas moda transportasi perintis ini.

Ini bukan hanya terjadi pada penerbangan perintis, namun juga pelayaran perintis yang ada di pelosok pulau terpencil di Indonesia. Menurut Pengamat Transportasi Institut Sepuluh November (ITS) Surabaya, Haryo Sulistyarso selama ini pemerintah memang masih belum menaruh perhatian besar terhadap transportasi perintis, seperti pelayaran dan penerbangan di wilayah terpencil dan terjauh. Selama ini perhatian Kementerian Perhubungan lebih fokus pada transportasi di pulau Jawa dan kota-kota besar saja.

"Penerbangan dan pelayaran perintis masih jadi permasalahan yang harus diperbaiki pemerintah," ujarnya kepada wartawan, Senin (5/10). Contoh seperti penerbangan perintis di Kalimantan, Papua dan Sulawesi, begitu juga kapal-kapal perintis di pulau-pulau terluar di Kepulauan Riau dan Kepulauan di Maluku.

Menurutnya, kasus kecelakaan Aviastar di Sulawesi Selatan dan Trigana di Papua beberapa bulan lalu, seharusnya menjadi momentum perbaikan transportasi perintis. Ini menjadi hal yang mendesak bila pemerintah ingin membenahi semua transportasi di Indonesia.

Sebelumnya pesawat twin otter milik Aviastar dengan nomor penerbangan MV 7503 hilang kontak sekitar pukul 14.36 WITA dalam perjalanan menuju Makassar, 11 menit setelah lepas landas dari Bandara Andi Jemma, Masamba, Jumat (2/10).

Pesawat tersebut semestinya tiba di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar 15.39 WITA dari Bandara Andi Jemma Masamba, Sulawesi Barat dengan lama penerbangan sekitar 70 menit. Terdapat tiga kru pesawat dan tujuh penumpang dalam pesawat tersebut, yang hingga kini masih dalam pencarian tim Basarnas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement