REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif sekaligus peneliti energi, kelautan, dan lingkungan Pusat Informasi dan Studi Pembangunan (CIDES), M Rudi Wahyono mengatakan, meski membuat musim kemarau jadi lebih panjang, di sisi lain El Nino membawa untung karena ada migrasi ikan dari Pasifik Timur dekat Amerika Selatan ke Pasifik Barat termasuk di dalamnya wilayah Indonesia.
''Saat ini Indonesia harusnya panen ikan yang migrasi. Tapi sepertinya yang akan diuntungkan adalah nelayan asing karena peralatan mereka lebih bagus,'' kata Rudi usai diskusi dampak El Nino, Jumat (2/10) petang.
Dia berharap pemerintah bergerak cepat membantu peralatan nelayan lokal jika tak ingin melewatkan kesempatan ini. Ia juga mempertanyakan arah kerja sama Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan otoritas keuangan dan moneter yang belum lama ini dilakukan.
''Harusnya bisa diarahkan untuk mendorong kucuran kredit nelayan. Nelayan harus difasilitasi dengan kapal yang peralatannya bagus karena ikan-ikan yang migrasi ini ukurannya besar,'' kata dia.
Rudi juga memperingatkan El Nino menimbulkan tekanan perubahan suhu air laut yang membuat biota laut terpengaruh, termasuk terumbu karang yang menjadi rumah aneka ikan. Ini bisa menurunkan produktufitas perikanan nasional.
Ke depan, pemerintah bisa mendorong transplantasi terumbu karang mengingat terumbu karang alami terus berkurang.
Rudi mengatakan, lembaga antariksa asing seperi NASA dan ESA menyebut El Nino tahun ini adalah yang terkuat dalam 100 tahun terakhir. Salah satu indikatornya adalah kenaikan suhu di Samudera Pasifik yang diprediksi Oktober ini akan melampaui tiga derajat.
''Gambaran citra satelit El Nino Juni 1997 mirip dengan Eln Nno Juni 2015. Melihat dari citra satelit, El Nino 2015 lebih kuat dari 1997,'' kata Rudi.