REPUBLIKA.CO.ID, SAWAHLUNTO -- Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, memperkirakan kualitas udara di kota itu sudah mendekati kategori berbahaya akibat polusi yang timbulkan oleh kabut asap sejak dua hari terakhir.
Kepala Bidang Lingkungan Hidup pada BLH setempat, Iwan Kartiwan di Sawahlunto, Jumat (2/10), mengatakan dari hasil pemantauan kualitas ambient udara yang dilakukan oleh laboratorium BLH Kota Sawahlunto pada tanggal 29 September hingga 1 Oktober 2015 dengan menggunakan alat ukur pencemaran udara mini dengan sistem sampling, untuk parameter PM-10 (pencemaran udara) konsentrasinya berada pada angka 402, 7 microgram permeter kubik atau 275,3 pada indeks standar pencemaran udara (ISPU).
"Dari data pemantauan tersebut diperoleh kesimpulan konsentrasi kandungan pencemaran udara sudah melebihi ambang baku mutu dan berada pada kategori sangat tidak sehat," kata dia. Standar kategori tersebut, lanjutnya, disimpulkan dengan berdasar kepada keputusan kepala Bapedal nomor 107 tahun 1997 tentang perhitungan dan pelaporan serta informasi indeks standar pencemaran udara.
Menurutnya, dalam aturan tersebut dijelaskan tentang pengaruh ISPU untuk setiap parameter pencemar, yang mana pada angka indeks 200 sampai 299 sudah dikategorikan sangat tidak sehat. Sementara untuk indeks pencemaran udara mulai dari angka 300 dan seterusnya, sudah dinyatakan dalam kategori berbahaya bagi semua populasi yang terpapar.
"Pada kategori udara sangat tidak sehat, efek yang bisa dilihat dan dirasakan adalah menurunnya jarak pandang serta terjadi pengotoran oleh debu dimana-mana," ujar dia.
Kemudian, lanjutnya, pada kategori tersebut juga memicu peningkatan sensitivitas pada pasien berpenyakit asma dan bronchitis, perubahan kimia darah, peningkatan pada kardivaskular pada perokok yang sakit jantung bahkan pada bukan perokok berpenyakit jantung dan akan terlihat beberapa kelemahan yang dapat dilihat secara nyata seperti sesak napas dan batuk akibat terjangkit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
Terkait kondisi pencemaran yang terjadi itu, pihaknya menyarankan kepada seluruh lapisan masyarakat agar mengurangi aktivitas di luar ruangan dan selalu menggunakan masker dengan struktur pori penyaring udara lebih rapat apabila berada di luar ruangan. "Apabila kondisi ini terus berlanjut, kami juga akan menyarankan kepada pihak pemerintah daerah agar meliburkan anak-anak usia sekolah," kata dia.