REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Untuk mengantisipasi dampak banjir, kekeringan dan hama, Dinas Pertanian (Distan) Jabar menerapkan teknik tanam legowo. Dari luas lahan pertanian Jabar seluas 936 ribu hektare, yang sudah menggunakan teknik Legowo sekitar 42 persen.
Menurut Kasie Serealia Dinas Pertanian Jabar, Poppy Farida Ariani, teknik ini diterapkan untuk meningkatkan produksi padi hingga 20-30 persen. Selain itu, teknik Legowo digencarkan untuk mengantisipasi alih fungsi lahan di Jabar yang terus terjadi.
"Untuk meningkatkan produksi, kami pun telah melakukan berbagai pendekatan teknologi," ujar Poppy kepada wartawan, Kamis (1/9).
Menurut Poppy, pendekatan teknologi yang dibuat Distan di antaranya, penggunaan bibit unggul bermutu,pupuk berimbang dan sistem tanam legowo.
Ia berharap, lahan pertanian di Jabar yang menerapkan sistem tanam Legowo ini bisa terus bertambah. Karena, kalau masih menggunakan sistem konvensional masih merugikan bagi petani. "Apalagi saat ini banyak terjadi alih fungsi lahan," katanya.
Poppy mengatakan, dengan sistem tanam Legowo, kapasitas panen per hektare yang semula 160 ribu per hektare bisa dimaksimalkan menjadi 230 ribu per hektare. Sistem tanam legowo itu, adalah teknik pola penanaman dimana memanfaatkan lorong penanaman.
Dikatakan Poppy, untuk terus menambah jumlah luasan lahan pertanian yang menggunakan teknik Legowo ini Pemprov Jabar mewajibkan gapoktan (Gabungan kelompok tani) yang menerima bantuan atau subsidi dari pemerintah untuk melaksanakan teknik tersebut. "Semua petani yang dapat bantuan, harus menggunakan teknik legowo," katanya.
Terkait alih fungsi lahan, menurut Poppy, berdasarkan UU No 41 tahun 2009, lahan sawah di Jabar yang sudah terlindungi dari 936 ribu hektare baru 676 ribu hektare yang terlindungi. Karena, melindungi lahan pertanian tersebut tergantung itikada dari semua kabupaten/kota.
"Lahan pertanian beralih fungsi setiap tahunnya sekitar 3 ribuan. Tapi kan kami juga mencetak sawah baru," katanya.
Poppy optimistis, produksi padi di Jabar bisa terus bertambah. Apalagi, kalau bendungan Waduk Jatigede bisa beroperasi, maka bisa mengairi 80 ribu hektare lahan sawah. Sehingga, bisa meningkatkan produksi. "Tapi bendungan itu efektifnya baru nanti 2016 dan 2017," katanya.
Sebelum Waduk Jatigede beroperasi, kata dia, Distan Jabar akan fokus untuk mencapai target produksi padi sebanyak 13 juta ton yang belum tercapai. "Nanti mungkin kita menyesuaikan kalau bendungan sudah beroperasi," katanya.
Menurut Poppy, selama kekeringan di Jabar tahun ini lahan padi yang terkena puso ada 42 ribu hektare. Setiap hektarenya, biasanya bisa panen 6 ton. "Untuk menggenjot produksi kami juga menerapkan teknologi, hibidra. Petani sudah banyak yang pakai," katanya.