Kamis 01 Oct 2015 09:41 WIB
Insiden Mina

Kesaksian Para Jamaah Indonesia Mengingat Insiden Mina

Rep: Ratna Puspita/ Red: Angga Indrawan
Ratusan ambulans membawa korban insiden Mina.
Foto: reuters
Jamaah haji dalam prosesi ritual haji di Mina.

Jamaah Kloter JKS 61 lainnya, Fatah Ma'ruf, menyatakan persoalan di Jalan 204 bukan hanya banyaknya jamaah yang dibelokkan dari akses utama, Jalan King Fahd. Namun, juga cara askar menangani kekacauan di Jalan 204. 

Dia menceritakan kondisi jalan sudah sangat padat sehingga jamaah harus saling berhimpitan. Satu meter jalan dapat diisi oleh sepuluh jamaah. Kala itu, banyak jamaah yang sudah berjatuhan. Orang-orang kulit hitam saling melindungi jamaah yang terjatuh karena panas. 

Namun, askar justru membarikade jalan ke arah Jamarat. Dia menuturkan, barikade itu menggunakan pembatas jalan "Askar menyetop dan membarikade padahal di seberang (arah Jamarat) lowong," kata dia. 

Fatah menyatakan askar mungkin melakukan itu karena khawatir ada kekacauan lebih besar dan korban terinjak-injak lebih banyak kalau barikade dibuka. Namun, seandainya barikade dibuka maka konsentrasi massa akan terpecah. "Jalan ke arah Jamarat itu melebar," kata dia. 

Upaya Fatah yang bersama istrinya, Euis Rohaeti, berada di bagian terdepan menembus barikade itu juga dipersulit. Euis yang berhasil meloncati barikade itu justru terkena pukul di bagian perut. "Sampai sekarang, istri saja masih sering mengeluh sakit di perut," kata dia. 

Ketika itu, Fatah sempat melempar tas ke arah istrinya. Namun, askar menangkap tas itu dan justru melemparnya kembali ke dia. Dia pun terpaksa menginjak jamaah lain untuk menyelamatkan diri. "Saya terus istigfar, loncat, dan koprol hingga bisa berada di barisan barikade," kata dia. 

Fatah juga mengkritik cara penanganan korban tragedi Mina. Setelah menembus barikade askar, dia mulai kekurangan napas. Dia pun berharap ada pertolongan pertama. Saat itu, hanya istrinya yang memberikan bantuan melalui pernapasan buatan. "Sempat ada yang teriak haram, haram. Haram bagaimana, itu kan istri saya," kata dia. 

Namun, ada pula yang membantu memberikan minum. Tidak lama, ada seorang Arab berkulit putih membimbing Fatah masuk ke klinik. "Saya bilang, minta oksigen tapi tidak dikasih karena saya dianggap masih baik-baik saja," ujar dia. 

Fatah pun memaksa masuk ke ruangan oksigen. Tenaga medis baru percaya dia kekurangan oksigen ketika melihatnya limbung. Namun, dia hanya diperbolehkan menghirup oksigen selama tiga menit. 

Dia memaksa tambahan waktu. "Akhirnya dikasih tapi hanya lima menit. Setelah lima menit saya disuruh bangun," kata dia. Selanjutnya, dia memulihkan diri dengan minum oralit dan makan kurma. 

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement