REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALANBARU -- Wakil Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF-PBNU), KH Sirril Wata mengingatkan agar masyarakat tidak mengaitkan fenomena gerhana matahari dengan dunia mistis.
"Sudah waktunya meninggalkan dunia mistis karena sekarang tidak zamannya lagi. Gerhana matahari itu adalah ketetapan Allah SWT," ujarnya di Pangkalanbaru, Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Belitung, Senin (29/9).
Hal itu dikemukakannya menyikapi fenomena alam besar, yaitu gerhana matahari total yang akan terjadi pada 9 Maret 2016 dengan titik fokus atau lintasan kawasan Pantai Penyak dan Terentang di Kabupaten Bangka Tengah.
"Sikap umat Islam terhadap fenomena alam ini adalah melaksanakan shalat sunah, bukan berarti shalat menyembah gerhana tetapi bentuk sujud penghambaan terhadap Allah SWT atas ketetapan langka yang ditunjukkan-Nya," ujarnya.
Dia mengatakan, manusia harus benar-benar rasional melihat dan menyikapi gerhana matahari karena fenomena alam itu masuk akal secara ilmiah dan secara keyakinan merupakan ketetapan Allah SWT. "Jadi jangan berlebihan menyikapinya. Misalnya ibu hamil harus bersembunyi di bawah kolong saat terjadi gerhana matahari atau tidak dibenarkan keluar rumah karena takut terjadi sesuatu," ujarnya.
Ia menunjuk contoh pada 1983 pernah terjadi gerhana matahari di Indonesia dan saat itu warga diminta tidak keluar rumah dan dilarang melihat langsung fenomena alam itu. "Sehingga kondisi itu menjadi bahan cemooh bagi pengunjung dari luar negeri yang sudah menghabiskan banyak biaya hanya untuk menyaksikan gerhana matahari," ujarnya.
Dia berharap kejadian pada 1983 dengan melarang warga keluar rumah tidak terjadi lagi karena zaman sudah berubah dan sudah canggih. "Memang ada sedikit risiko melihat pergeseran gelap kepada terang saat terjadi gerhana matahari total, namun mata manusia memiliki kepekaan dan apalagi sekarang sudah banyak alat pelindung mata yang bisa digunakan untuk melihat gerhana matahari itu," ujarnya.
Dia menjelaskan, secara ilmu falak atau astronomi bahwa gerhana matahari itu terjadi pada saat bulan berada di antara matahari dan bumi. "Sepenuhnya bulatan matahari itu tertutup oleh bulan sehingga terjadi gerhana matahari total, namun gerhana matahari total tidak terjadi di seluruh Indonesia tetapi sesuai dengan garis lintasan atau zona dan berdasarkan ilmu falak itu terjadi di Pulau Bangka dan Belitung," ujarnya.
Kalau di daerah lain, kata dia, tidak terjadi gerhana matahari total tetapi hanya parsial saja sehingga para ilmuan memanfaatkan peristiwa ini untuk melakukan penelitian. "Saya sudah mendengar bahwa para ilmuan dari negara lain sudah mulai bersiap-siap datang ke Pulau Bangka untuk melihat peristiwa langka tersebut," ujarnya.