REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Aksi pemadaman aliran listrik di wilayah Lampung, semakin parah, dalam sepekan terakhir. Pemadaman listrik selama lebih darii tiga jam pada waktu tidak menentu, telah merugikan konsumen dan pengusaha yang setiap hari bergantung dengan setrum listrik milik PT PLN ini.
Di sebagian Kota Bandar Lampung, pada Senin (28/9) dini hari, pemadaman listrik masih terjadi selama tiga jam, menjelang waktu Subuh. Padahal, pada Ahad (27/9) siang harinya, sudah terjadi mati lampu sampai empat jam di beberapa wilayah kota berjuluk "Tapis Berseri".
Saat mati lampu, arus lalu lintas semrawut dan macet, sedangkan aktivitas rumah tangga dan usaha terhenti, akibat tidak adanya pemberitahuan resmi pemadaman listrik dari PT PLN Distribusi Lampung.
Ketua Kadin Lampung, Yuria Putra Tubarat, menyesalkan tindakan PLN yang memadamkan aliran listrik tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Pasalnya, lanjut dia, pemadaman listrik jelas berdampak langsung pada kegiatan produksi usaha, terutama pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
"Mati lampu, yang dirugikan pengusaha UMKM. Mereka sangat bergantung dengan listrik," kata mantan anggota DPRD Lampung ini. Ia berharap PLN menginstrospeksi diri terhadap manajemen dan kinerjanya, bukan malah mengimbau kepada pelanggannya untuk berhemat daya listrik.
Fifa, salah seorang pemilik UMKM di Tanjungkarang Barat, mengaku kecewa dengan pemadaman listrik yang tidak menentu jadwalnya, belakangan ini. Usaha makanan ibu dua anak ini terganggu dan merugi karena tidak bisa melanjutkan produksinya, karena tidak bisa mengoperasikan peralatan listrik.
"Jelas rugilah kalau mati lampu. Alat-alat masak tidak bisa digunakan, dan waktu banyak terbuang, akhirnya omset penjualan menurun setiap harinnya," tuturnya. Menurut dia, pemadaman listrik saat ini sudah makin parah, karena tidak mengenal waktu lagi, seperti dulu, pada beban puncak saja.