REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi menyatakan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan semakin pekat dan bercampur abu halus.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Jambi, Rosmeli mengatakan abu putih halus itu ikut terbawa angin bersama asap. Namun ketika tidak ada angin maka abu itu akan berjatuhan.
"Kabut asap juga mengandung partikel-partikel kecil seperti abu. Abu halus berwarna putih tersebut adalah sisa kebakaran lahan dan hutan yang ikut terbawa asap ketika ada angin," katanya, Jumat (25/9).
Ia juga mengatakan Kabut asap pada Jumat, merupakan kabut asap terparah. Asap juga sudah masuk ke dalam rumah-rumah warga meski semua pintu dan jendela sudah ditutup.
"Kabut asap pada hari ini merupakan yang terparah sepanjang bencana kabut asap di tahun ini. Begitu juga angka kadar ISPU yang mencapai 583 kategori berbahaya pada pukul 07.00 Wib," jelasnya.
Rosmeli mengaku sudah melaporkan hal itu kepada Gubernur Jambi. Dan semua jenjang sekolah di Jambi pun sudah diliburkan karena pada hari Kamis (24/9) ISPU juga masuk kategori udara tidak sehat.
Selain bercampur abu, asap pekat juga membuat mata pedih dan bau asap kebakaran tercium sangat menyengat. Bahkan semua pengendara wajib menghidupkan lampu karena jarak pandang yang terbatas.
Pantauan di lapangan, semua warga terlihat merasa heran melihat kabut asap yang terjadi pada Jumat. Sebab saat jam siang suasana sudah terlihat seperti waktu senja.
"Hari ini paling parah, ngeri melihat kabut asap yang tebal. Suasana menjadi mencekam. Bahaya kalau berkendaraan tidak menghidupkan lampu," kata warga Kota Jambi, Lukman.
Sementara Berdasarkan rilis Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Jambi menyebutkan, jarak pandang Jumat, sejak pukul 06.00 hingga 08.00 Wib hanya 400 meter.
Kemudian pada pukul 09.00 Wib turun menjadi 300 meter. Parahnya lagi, pada pukul 10.00 hingga 12.00 Wib jarak pandang turun lagi menjadi 200 meter, dan naik menjadi 300 meter pada pukul 13.00 Wib.
Pukul 14.00 Wib jarak pandang menjadi 400 meter, namun pada pukul 13.00 hingga 18.00 Wib jarak pandang turun lagi menjadi 300 meter. Bahkan di Kabupaten Muarojambi pada sore hari jarak pandang hanya 100 meter. Padahal 'hot spot' berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua BMKG, terdeteksi nihil.