REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Ketua Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Nusa Tenggara Timur Abdul Muis meminta panitia perayaan Idul Adha 1436 Hijriah untuk tidak mengkorupsi daging kurban bagi kaum dhuafa dan masyarakat lain yang lebih berhak atas kurban itu.
"Berdasarkan pengalaman pada perayaan idul kurban tahun-tahun sebelumnya, daging kurban justru lebih banyak dinikmati oleh panitia, ketimbang umat yang lebih berhak," katanya kepada Antara di Kupang, Rabu (23/9).
Ia menambahkan tindakan mengambil lebih daging kurban yang seharusnya menjadi haknya kaum dhuafa, sama halnya dengan melakukan tindakan korupsi.
Menurut dia, daging kurban yang ada, harus dibagikan kepada yang berhak, yaitu kaum dhuafa, kamu janda, duda, orang miskin lain, mahasiswa, anak sekolah dan kaum lain yang oleh perintah Allah harus mendapatkan bagian dari kurban itu.
Ini menujukan komitmen umat Muslim yang mampu terhadap perintah Allah, yang meminta Nabi Ibrahim menyembelih anak domba sebagai pengganti putranya.
Dia mengatakan, hadits berbunyi, "Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan sembelihlah hewan (qurban). Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus"(QS. Al-Kausar : 1-3).
Muis menjelaskan, pemberian nikmat oleh Allah kepada manusia tak terhingga. Anak isteri dan harta kekayaan adalah sebagian nikmat dari Allah. Kesehatan dan kesempatan juga nikmat yang sangat penting.
Manusia juga diberi nikmat pangkat, kedudukan, jabatan , dan kekuasaan. Segala yang dimiliki manusia adalah nikmat dari Allah, baik berupa materi maupun non materi. Namun bersanmaan itu pula, semua nikmat tersebut sekaligus menjadi cobaan atau ujian, fitnah atau bala bagi manusia dalam kehidupannya.
Dalam konteks itulah, Allah berfirman : "Dan ketahuilah bahwasanya harta kekayaanmu dan anak-nakmu adalah fitnah (cobaan). Dan sesungguhnya Allah mempunyai pahala yang besar?(QS. Al-Anfal : 28).
Karena itu, kata Muis, semua kurban yang disediakan, hanyalah diperuntukan bagi kaum yang berhak menerimanya.
Ini salah satu bukti bahwa seseorang lulus dari cobaan harta, adalah dengan ikhlas mau menggunakannya untuk ber-udhiyah (menyembelih hewan), baik itu berupa sapi, kerbau, maupun kambing, tergantung kemampuan masing-masing.