Ahad 20 Sep 2015 20:57 WIB

WWF: Badak Indonesia Butuh Habitat Baru

Badak Sumatera
Foto: VOA
Badak Sumatera

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- WWF Indonesia menyebut penyediaan habitat baru sebagai rumah kedua bagi Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) menjadi bentuk mitigasi keberlangsungan populasi badak di Indonesia.

Direktur Konservasi WWF Indonesia Arnold Sitompul mengatakan Badak Jawa harus segera dicarikan rumah baru sebagai habitat keduanya selain di Ujung Kulon.

"Ini adalah langkah mitigasi yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan populasi Badak Jawa di dunia," katanya, Ahad (20/9).

Menurut dia, kondisi habitat badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) sangat rentan oleh bencana alam, karena lokasinya yang berdekatan dengan anak Gunung Krakatau.

Jika suatu saat meletus dan menghancurkan habitat Badak Jawa, maka Indonesia dan dunia akan kehilangan salah satu aset keanekaragaman hayatinya.

Selain itu, integritas habitatnya bersaing dengan pertumbuhan masif langkap (Arenga obtusifolia) yakni sejenis tanaman palem yang menghalangi sinar matahari menembus bagian bawah hutan dan menghalangi tumbuhnya pakan alami badak.

Hal itu dinilai sebagai salah satu ancaman serius, selain bencana alam, bagi keberlangsungan populasi Badak Jawa yang hanya tertinggal di Indonesia.

Arnold juga menyebut badak Sumatera juga membutuhkan upaya penyelamatan segera. Kebakaran lahan, ekspansi lahan perkebunan, penebangan ilegal dan perburuan menjadi isu utama pelestarian badak di Sumatera.

"Perlu langkah-langkah konkrit dari pemerintah untuk segera menyelamatkan Badak Sumatera," ujarnya.

Dari sembilan kantung populasi Badak Sumatera di Sumatera dan Kalimantan, hanya tersisa empat kantong saja. Hasil studi terakhir menunjukkan sudah terjadi kepunahan lokal, seperti di Taman Nasional Kerinci Seblat yang sejak tahun 2008 sudah tidak lagi ditemukan Badak Sumatera.

Data terakhir berdasarkan Population and Habitat Viability Assessment (PHVA, 2015) melansir populasi Badak Sumatera (Dicerorinus sumatrensis) diperkirakan tersisa sekitar 100 individu yang hidup di kawasan-kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Way Kambas dan satu kantung populasi yang baru teridentifikasi pada 2013 di Kalimantan Timur.

Temuan keberadaan Badak Sumatera di Kalimantan, menurut dia, membawa angin segar karena sebelumnya di percaya sudah punah.

"Ini menjadi harapan di tengah prediksi mengenai menurunnya angka populasi badak di dunia," ujarnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement