Jumat 18 Sep 2015 13:33 WIB

Asap Makin Merusak Masa Depan Anak Riau

Petugas memadamkam api kawasan hutan dan lahan gambut di Rimbo Panjang, Kampar, Riau.
Foto: Antara
Petugas memadamkam api kawasan hutan dan lahan gambut di Rimbo Panjang, Kampar, Riau.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pengamat pendidikan dan lingkungan dari Universitas Islam Riau, Mardianto Manan mengatakan asap pekat diyakini akan makin merusak masa depan anak bangsa, khususnya anak-anak Riau.

"Sebab sekolah terus diliburkan, dan pendidikan yang tertunda menyebabkan mereka ketinggalan pelajaran, sehingga diyakini akan membunuh potensi anak didik di masa depan," kata Mardianto di Pekanbaru, Jumat (18/9).

Menurut Mardianto yang juga Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Riau itu, potensi anak didik di masa depan akan makin rendah, apalagi asap yang terhirup mengandung banyak racun bisa mengakibatkan kesehatan mereka terus terganggu.

Jika kesehatan anak terganggu, kata dia, pada akhirnya generasi muda yang bakal memimpin daerah ini di masa datang akan berkualitas rendah. "Riau akan kehilangan generasi potensial di masa depan, lebih akibat bencana asap ini hampir mencapai puluhan tahun, artinya anak yang terlahir pada tahun 1997, sejak kecil mereka sudah menghirup asap ini setiap tahun," katanya.

Pada tahun 2015, katanya, anak-anak Riau sudah menghirup asap untuk 18 tahun dan kondisi terus memiriskan kendati para pelaku pembakar sudah dihukum paling banyak sejak era kepemimpinan Presiden SBY. Namun kini, kasus dan bencana yang sama terulang lagi, sehingga bencana ini terkesan bahwa pembiaran "tragedi" asap puluhan tahun bakal akan terjadi lagi.

Pada sejumlah kabupaten dan kota yang memiliki titik api --berimbas ke Kota Pekanbaru-- itu, sudah menunjukan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) pada kategori yang paling berbahaya diatas ambang batas 615.

"Jika ditinjau asal asap dari berbagai sumber menyebutkan, bahwa asap dihasilkan dari proses pembakaran yang terdiri dari polutan berupa partikel dan gas. Partikel itu adalah silika, oksida besi, dan alumina, gas yang dihasilkannya adalah CO, CO2, SO2, NO2, aldehid, hidrocarbon, dan fluorida," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement