REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Ketersediaan air yang ada sekarang dinilai tidak akan mencukupi untuk menyokong jumlah populasi suatu kota di masa depan. Ketua Asosiasi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Profesor Sangkot Marzuki menyebut ada yang perlu dilakukan penduduk untuk menyikapinya.
"Bahwa pelayanan air yang ada sekarang dan planning suatu kota (terhadap air) ini tidak mencukupi untuk menyokong populasi ke depan," kata Sangkot di Depok, Rabu (16/9).
Menurut dia, perencanaan tata pengelolaan air perkotaan saat ini belum mampu untuk menyetarakan dengan pertumbuhan penduduk dan berbagai persoalan di masa depan. "Planning-nya tidak cukup untuk menghadapi pertumbuhan populasi, urbanisasi dan persoalan masa depan seperti perubahan iklim," kata dia.
Ia menjelaskan bahwa dampak dari perubahan iklim di masa depan serta pertumbuhan jumlah penduduk akan berdampak pada penggunaan dan ketersediaan air bersih. Ia berpendapat, penyelesaian permasalah ketersediaan dan pelayanan air di masa depan bisa di atasi dengan teknologi dan inovasi dalam tata kelola air.
Sangkot menjabarkan tiga konsep tata kelola air perkotaan berbasis inovasi dan teknologi. "Konsep yang pertama dengan memanajemen air dengan baik sehingga kita tidak perlu mendatangkan air banyak-banyak dari luar daerah," ujar Sangkot.
Konsep pertama tersebut merupakan hal teknikal yang harus diterapkan dengan penggunaan teknologi dan inovasi. Sedangkan konsep kedua dengan membuat lingkungan perkotaan seperti sungai yang bersih dan genangan air yang baik untuk menghasilkan kesejukan.
Yang paling penting, kata Sangkot, adalah kesadaran manusia itu sendiri terhadap lingkungan terutama dengan keberadaan dan ketersediaan air bersih. "Semua itu hanya bisa tercapai dengan manusia yang peduli dan sensitif terhadap ketersediaan air," kata Sangkot.