Kamis 10 Sep 2015 08:12 WIB

Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis Bedah Plastik

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ani Nursalikah
Bedah plastik (ilustrasi).
Foto: medicalretreatabroad.com
Bedah plastik (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Indonesia masih kekurangan tenaga dokter spesialis bedah plastik.

Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indonesia (Perapi) Irena Sakura Rini mengatakan lulusan keahlian ini rata-rata hanya tiga hingga lima orang per tahun.

"Negara ini butuh banyak dokter bedah plastik karena ada 250 juta rakyat di luar sana dengan berbagai risiko kesehatan, khususnya luka bakar, bibir sumbing, dan celah langit rongga mulut," kata Irena dijumpai Republika.co.id di Denpasar, Rabu (9/9).

Jumlah dokter spesialis bedah plastik di Indonesia saat ini hanya 163 orang. Mereka umumnya masih terpusat di kota-kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya.

Irena berharap pemerintah mendukung penambahan pusat pelatihan Perapi di berbagai wilayah di Indonesia. Ini bisa membuka peluang bagi dokter umum yang berminat mendalami spesialisasi bedah plastik untuk membantu pasien di daerah.

Perapi terus berupaya memperbanyak edukasi kepada masyarakat Indonesia, misalnya terkait perawatan luka bakar. Dokter spesialis bedah plastik rekonstruksi dan estetik sangat dekat kaitannya dengan luka bakar.

Anggota Perapi melakukan tata laksana pengobatan luka bakar supaya kualitas hidup pasien tetap terjaga. Kompetensi anggota dalam perawatan luka bakar juga ditingkatkan.

Penambahan jumlah tenaga dokter spesialis bedah plastik, kata Irena harus signifikan. Apalagi akhir tahun ini Indonesia akan mengimplementasikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Jika secara jumlah tak mencukupi, tenaga ahli medis dari negara-negara tetangga akan melihat peluang besar di Indonesia sehingga dokter lokal pun tak mampu bersaing secara kuantitas.

Ketua Perhimpunan Luka Bakar dan Penyembuhan Luka Indonesia (Ina-BWS) I Nyoman Putu Riasa menilai penyebaran dokter bedah plastik di Indonesia masih belum merata. Ia menilai satu dokter bedah plastik bisa melayani tiga juta penduduk.

"Problemnya adalah mereka masih terpusat di kota-kota besar dan minim sekali di daerah," kata Riasa.

Riasa mencontohkan tak ada satu pun dokter spesialisasi bedah plastik di Sulawesi Tengah. Perapi mendorong minat dokter umum untuk membuka wawasan mereka mengambil spesialisasi bedah plastik.

Caranya adalah mengikuti sejumlah pelatihan, pendidikan, disiplin kurikulum, hingga mendapatkan rekomendasi praktik dari Perapi. Lulusan-lulusan tersebut ke depannya bisa merata mengisi Indonesia, khususnya bagian timur, seperti Lombok dan Papua. (Mutia Ramadhani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement